Frensia.id- Pilkada Jember telah dekat. Setiap calon telah siapkan kuda-kuda untuk menang. Jika dilihat dari jejak historis, ternyata ada fakta unik. Pernah ada calon bupati dan wakil bupati menang karena tak didukung petahana.
Para calon bupati-calon wakil bupati (Cabup-Cawabup) umumnya, terasa beruntung jika berasal atau didukung oleh petahana. Namun tidak di Jember. Di Pilkada Jember, ada beberapa fakta bahwa mereka yang menang karena tidak didukung petahana.
Padahal pada umumnya, siapa pun yang dibela petahana selalu lemah menggaet suara masyarakat terbanyak.
Hal demikian sebagaimana diungkapkan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan polifik. Namanya, Wahidah Istania Sari.
Penelitiannya berjudul, “Kontestasi politik: strategi pemenangan paslon faida-muqit dalam pilkada jember 2015“. Terbit dalam Jurnal Politik Muda pada tahun 2017.
Ia meneliri Cabub-cawabub yang terpilih pada Pilkada tahun 2015, Faidah-Muqit. Ia menelusuri kompleksitas langkah-langkah tim Faidah-Muqit dalam meraih kemenangan.
Jadi, risetnya menggali lebih dalam tentang pentingnya menganalisis kondisi politik yang ada, membuat keputusan strategis yang tepat, dan melaksanakan langkah-langkah yang efektif.
Hasil analisis menyoroti strategi yang digunakan oleh pasangan Faida-Muqit dalam mencapai kemenangan, serta faktor-faktor yang berkontribusi pada kesuksesan mereka. Mulai dari mengkonsolidasikan dukungan partai politik hingga membangun jaringan relawan yang kuat, serta merancang kampanye yang persuasif.
Menurut Wahidah, sebenarnya citra figur kandidat, yang dipengaruhi oleh latar belakang unik seorang dokter yang berkolaborasi dengan seorang kyai, telah menjadi salah satu aspek penting dalam strategi pemenangan Faidah-Muqit.
Namun, jika dilihat lebih dalam, kesuksesan strategi ini juga sangat bergantung pada kekompakan dan keefektifan tim pemenangan, serta kemampuan mereka dalam membentuk relawan yang berdedikasi. Sementara itu, partai politik berfungsi sebagai mesin politik yang memainkan peran krusial dalam memobilisasi dukungan hingga ke tingkat masyarakat bawah.
Jadi, kunci dari kemenangannya ternyata terletak pada kekuatan figur kandidat dan dukungan solid dari mesin politik.
Faktor kontekstual lain, juga ada pengaruh dari hal lain seperri identifikasi kelemahan lawan, terutama pesaing dengan latar belakang birokrat atau petahana.
Mereka yang didukung oleh mantan bupati sebelumnya, ternyata terlihat sebagai bagian penting dari strategi politik yang dapat melemagkan.
Secara tegas, Wahidah menjelaskan bahwa informasi tentang kelemahan lawan menjadi kunci untuk menggerakkan pemilih dan memperkuat posisi pasangan calon yang bersaing.