Lebaran Ketupat Menjadi Momen Terakhir Kesenian Khas Pulau Mandangin Ini

Rabu, 17 April 2024 - 15:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Salah Satu Potret Perform Gendrang di Pulau Mandangin (Sumber: Istimewa/Ahya Ulumuddin)

Salah Satu Potret Perform Gendrang di Pulau Mandangin (Sumber: Istimewa/Ahya Ulumuddin)

Frensia.id – Menjadi satu-satunya pulau di Kabupaten Sampang Madura, Pulau Mandangin memiliki sekian keunikan yang jarang ditemukan di daerah lain.

Dalam perayaan lebaran ketupat, salah satunya. Pulau Mandangin tidak hanya merayakan dengan membuat ketupat atau masakan sejenis yang banyak dilakukan di daerah lain.

Di Pulau Mandangin, perayaan lebaran ketupat dirayakan hampir sama dengan lebaran Idul Fitri.

“Hal ini berawal dari sejak malam tanggal 2 Syawal, masjid-masjid di Pulau Mandangin menyiarkan peringatan sahur layaknya di bulan Ramadhan, tapi dengan kata-kata yang sedikit berbeda, karena puasa Syawal hukumnya Sunnah”, ucap Ahya Ulumuddin salah satu warga.

Kemudian, pada hari lebaran ketupatnya masyarakat Pulau Mandangin beramai-ramai ke ujung timur Pulau ke tempat yang disebut oleh masyarakat setempat dengan Candin, atau menyaksikan sunset di pasir putih ujung barat pulau. Serta di pagi harinya juga ada pertunjukan Gendrang.

Gendrang merupakan sejenis musik jalanan, sejenis musik patrol jika di daerah luar Pulau Mandangin, dengan alat musik seadanya ala dangdut, seperti seruling, kendang, ketipung, dan sebagainya. Dan tentunya menggunakan pengeras suara TOA yang dibawa dengan sepeda ontel anak-anak.

Baca Juga :  Perkuat Integritas ASN, OJK Jatim dan Pemkab Jember Gelar Talkshow "Ayo Ngopi"

Umumnya lagu-lagu yang dibawakan merupakan lagu-lagu dangdut klasik Rhoma Irama, Yus Yunus, Megi Z, dan penyanyi lainnya se-zaman.

Walaupun juga sekali-kali tetap mengimbangi perkembangan lagu-lagu viral di media sosial, baik yang berbahasa Madura atau bahasa lainnya.

“Lebaran ketupat ini, menjadi hari terakhir masyarakat Pulau Mandangin menyaksikan Gendrang setelah sebulan penuh selama bulan puasa mereka dapat menyaksikan atau mendengarkan setiap malam saat menjelang sahur”, kata Ahya Ulumuddin

Namun dalam penjelasannya, Ahya mengungkapkan Gendrang pada lebaran Idul Fitri dan lebaran ketupat semacam puncak setelah mereka perform selama sebulan di bulan Ramadhan.

Hal tersebut, dapat dilihat dari kostum para personil dan juga penampilan-penampilan yang disajikan.

“Tidak hanya kostum yang berseragam dan pakaian unik-unik yang ditampilkan. Pada lebaran, sebagian kelompok Gendrang menampilkan drama-drama Islami yang syarat akan pesan moral. Seperti drama Perang Uhud, dibuangnya Nabi Yusuf ke sumur, kerajaan-kerajaan di nusantara dan sebagainya”, lanjut Ahya

Baca Juga :  Membumi di Vietnam: Menerobos Jaringan Mafia Lobster

Uniknya, Gendrang diadakan oleh hampir setiap kampung di Pulau Mandangin. Kampung di Pulau yang juga disebut Pulau Kambing ini hampir 30-an walaupun hanya dalam satu desa dan pulau yang hanya memiliki luas 1.650 KM² ini.

Nama kampungnya pun unik-unik, ada Macan Gundul, Beten, Bagas, Kancil, Trapas, Kobar, Borma, Arema, Arebas, Gabosa, Asoka, Kucing Garong, Amor, Lakon, Al-Falah, Arni, Pandu, Pangghung, Grasta, Bandhet, Gandarwesi, Arespa, dan lain-lain.

Selengkapnya tentang gambaran kesenian khas Pulau Mandangin ini dapat disaksikan lewat dokumentasi dari konten kreator asal Pulau tersebut di link berikut ini:

Gendrang dari Kampung Borma, Bandhet, dan Gandarwesi

Gendrang dari Kampung Macan Gundul, Beten dan Kancil

Gendrang dari Kampung Bandhet saat Bulan Ramadhan

Gendrang saat Bulan Ramadhan

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Parodi Anak SD Manggul Ghulu’en: Cerita dan Asa Tembakau Madura
Kejari Jember Mulai Periksa Bidik Tersangka Kasus Sosperda
Harjabo 206: Jalanan Bondowoso Disulap Jadi Panggung Budaya Pelajar
Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal
Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi
DPC PDI Perjuangan Banyuwangi Upacara Bendera HUT Ke 80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
PKB Jember Optimis Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah

Baca Lainnya

Rabu, 20 Agustus 2025 - 05:32 WIB

Parodi Anak SD Manggul Ghulu’en: Cerita dan Asa Tembakau Madura

Selasa, 19 Agustus 2025 - 21:33 WIB

Kejari Jember Mulai Periksa Bidik Tersangka Kasus Sosperda

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:20 WIB

Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal

Selasa, 19 Agustus 2025 - 13:52 WIB

Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro

Selasa, 19 Agustus 2025 - 10:24 WIB

Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi

TERBARU

Ilustrasi Bulan Safar

Educatia

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Rabu, 20 Agu 2025 - 06:14 WIB

(Sumber foto: Istimewa)

Regionalia

Kejari Jember Mulai Periksa Bidik Tersangka Kasus Sosperda

Selasa, 19 Agu 2025 - 21:33 WIB