Maqâshid Ash-Shiyâm, Adab Puasa (Ramadhan) :Menjaga Lidah Dan Anggota Tubuh (Part 1)

Sumber: Pixabay

Frensia.id – Sebagai perintah Allah swt, puasa tentu harus dilakukan dengan baik dan benar. Puasa termasuk puasa ramadhan memilki adab yang harus dilakukan.

Ketentuan adab berpuasa sudah dirinci oleh para ulama, salah satunya oleh Imam al-‘Izz bin Abdus Salam dalam kitabnya Maqâshid Ash-Shiyâm.

Menurut ulama yang bergelar Sulthanul Ulama tersebut ada enam ada dalam berpuasa. Adab pertama dalam puasa dalam kitab Maqâshid Ash-Shiyâm adalah menjaga lidah dan anggota tubuh dari perbutan yang menyimpang.

Adab pertama ini berdasarkan pada sebuah hadis tentang larangan berkata dusta saat dalam berpuasa. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

من لم يدعْ قَولَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ ,فَلَيْسَ اِللهِ حَاجَةٌ فِي اَنْ يَدَعَ طَعَا مَهُ وَشَرَابَه

“Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukannya, maka Allah tidak butuh jika ia meninggalkan makan dan minumnya.”

Hadis tersebut terdapat dalam HR. Bukhari, 3/33, Turmudzi, 2362, Turmudzi, 707, Ibnu al-Mubarak dalam az-Zuhd, 461 dan Ibnu Hajar dalam al-Fath, 4/104.

Selain hadis diatas Imam al-‘Izz bin Abdus Salam dalam kitab tersebut kaitannya dengan adab berpuasa yakni menjaga lidah dan anggota dari perbuatan yang menyimpang juga menyodorkan hadis sebagaimana sabda Rasulullah swa :

رَبُّ قائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ, وَ رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوعُ وَ العَطَشُ

“Banyak orang yang menunaikan qiyam Ramadhan, tapi bagiannya dari qiyamnya adalah begadang dan banyak orang yang berpuasa, sedangkan bagiannya dari puasanya adalah lapar dan haus.”

Dari uraian diatas adab pertama puasa –termasuk dan terkhusus puasa wajib Ramadhan– yang harus diperhatikan adalah kita menjaga lisan serta anggota tubuh dari perbuatan yang menyimpang.

Menjaga lisan misalnya tidak berbicara dengan kata-kata dusta. Tidak hanya kata dusta, tapi perkataan lain yang bisa menyinggung, menyakiti, orang lain, membicarakan kejelekan orang lain sekalipun sedang tidak ada orangnya.

Sebab hakekatnya puasa (Ramadhan) tidak hanya menahan lisan makan sesuatu yang menyebabkan batal puasa.Tapi lebih dari itu menjaga tidak berkata yang dilarang dan dibenci agama.

Jika tidak, maka bisa jadi puasa hanya formalitas saja dan tidak mendapatkan pahala puasa sebagaimana yang tertuang dalam hadis diatas, yakni hanya haus dan lapar.