Frensia.id- Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar launching sebuah kitab tafsir berjudul “Tafsir Najda”, diambil dari nama anak ketiga, Andi Najda.
Hal tersebut sebagaimana ditegaskan kembali oleh Menteri Agama era Presiden Prabowo lewat unggahan akun instagramnya pada Minggu (29/06/25).
“Tadi malam, kami memperkenalkan sebuah karya yang telah lama kami simpan dalam perjalanan batin dan nalar sebuah Tafsir Teosofis”, ungkapnya.
Karya monumental ini pertama kali diperkenalkan di Majid Istiqlal Jakarta, pada Sabtu (28/06/25) dengan mengambil corak teosofis.
Tafsir bercorak teosofis adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam menggali makna Al-Qur’an dengan merujuk pada pengalaman mistis dan batiniah. Al-Qur’an tidak hanya difahami dari segi harfiahnya, tetapi juga dicari makna simbolis dan spiritual yang mendalam.
Sebelum tafsir ini diperkenalkan ke publik, KH. Nasaruddin Umar membutuhkan waktu yang cukup lama sampai akhirnya siap.
“Kurang lebih sepuluh tahun proses ini berlangsung sebuah ikhtiar kecil untuk menuangkan apa yang telah saya baca, renungkan, dan pelajari dari berbagai sumber lintas tradisi keilmuan”, jelas Imam Besar Masjid Istiqlal.
Lebih lanjut sosok ulama’ yang pernah menjabat sebagai anggota tim pensehat Indonesia-Inggris ini, menceritakan bahwa semuanya berangkat dari kegemaran menulis tentang topik-topik spiritual.
“Saya dan tim mencoba menjembatani dua arus besar dalam khazanah Islam filsafat dan tasawuf.
Bagi kami, keduanya bukanlah hal yang harus dipertentangkan. Justru, keduanya saling mengisi dan melengkapi,” ungkapnya.
Setelah karya besarnya ini rampung, KH Nasarudin Umar memilih sebuah nama yang cukup menarik dan tidak asing, yaitu dari nama anak kandungnya sendiri.
Lebih-lebih menurutnya judul yang digunakan sangat personal, karena berasal dari nama anak ketiga, Andi Najda. Baginya nama tersebut menjadi pengingat bahwa setiap upaya intelektual dan spiritual, pada akhirnya adalah juga warisan cinta untuk generasi yang akan datang.
Dalam konteks ini, KH Nasarudin Umar mencoba untuk tidak memisahkan antara buah hati dengan buah pikir. Keduanya merupakan bagian penting dalam hidupnya, yang ia delegasikan sebagai warisan bagi umat.