Ngerasani Tuhan

Selasa, 29 Oktober 2024 - 20:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Mengeluh atas derita hidup, itu manusiawi. Tapi, jangan sampai kelewatan batas sampai menyalahkan, apalagi mengeluhkannya kepada manusia. Syekh Mutawalli As-sya’rawi pernah menyampaikan dalam suatu majelis ilmu mengenai larangan tersebut. Ia mengatakan bahwa Allah tidak suka hamba yang menggerutu kepada manusia.

“Allah tidak suka hamba yang mengeluhkan pada manusia. Kalian pernah melihat seorang pengemis yang menggendong bayinya. mereka menyiksa anak mereka untuk apa? padahal ketika kalian di uji. Maka tutuplah, karena jika kalian mengumbar penderitaan kalian. Seakan-akan kalian mengadukan Allah kepada manusia ‘lihatlah Allah memperlakukan aku seperti ini’ . Demi Allah, jika ia mau menutupi penderitaannya, dan bersabar. Rezeki pasti akan mengejar-ngejar dirinya.” Tutur Syekh Mutawalli As-Sya’rawi.

Tanpa disadari mengeluh tentang hidup kepada manusia, secara tidak langsung sama persis dengan “menggosipi” atau “ngerasani” Tuhan. Seolah sedang mengadukan ketidakadilan Tuhan kepada manusia. Seakan-akan keputusan-Nya kurang sesuai degan keinginan pribadi dan tidak bijaksana. Dalam keadaan demikian, terselip keraguan mengenai ‘takdir’ Tuhan, seperti ungkapan Syekh Mutawalli ‘lihatlah Allah memperlakukan aku seperti ini’.

Lantas, apakah mengeluh melulu salah dan tidak dibenarkan? Tentu tidak. Gus Baha pernah mengungkapkan bahwa mengeluh absah-absah saja, hanya mengeluh ada ilmunya. Jika harus mengeluh, mengeluh sambil mengatakan ‘hanya Allah yang tidak boleh mengeluh, saya mengeluh karena saya hany seorang hamba’.

Mengeluh semacam ini jelas tidak berlebihan, justru mengakui kelemahan diri. Sebesar apapun usaha manusia, pada akhirnya kuasa Tuhan yang menentukan. Keluh kesah ini tidak untuk diumbar kepada manusia, namun pengakuan dirinya dihadapan Tuhan. Persoalannya jika tidak diumbar di media sosial atau sanak dan handaitolan, rasanya tidak absah dan kurang lega. Disini Syekh Mutawalli mengingatkan hendaklah jangan berkeluh kesah kepada sesama manusia.

Baca Juga :  Simbolisasi Ibadah Kurban, Gus Aab: Sembelihlah Hawa Nafsunya!

Berkeluh kesah kepada sesama manusia selain terkesan ngerasani Tuhan tidak adil, manusia juga tidak menjamin bisa memberikan solusi. Manusia juga punya masalah yang sama atau bahkan lebih, boro-boro mikirin masalah orang lain, masalah pribadinya sudah tidak muat. Apa jadinya jika sama-sama bertukar keluh kesah, saling mengafirmasi ketidakadilan Tuhan. Alih-alih mendapat jalan keluar, malah tambah brabe urusan.

Memang harus diakui, bagi sebagian orang mungkin sulit untuk tidak mengeluh atas apa yang sangat diidam-idamkan namun tidak tercapai. Setelah segala usaha, upaya dan doa sudah diikhtiarkan dalam batas yang optimal. Menerima ketentuan diluar kendali manusia sebagaimana prinsip stoikisme harus diakui tidak mudah. Namun, mau bagaimana lagi, manusia harus menerima dan bersyukur atas segala keadaan. Sebab, Tuhan tidak berbuat dzalim sedikitpun kepada manusia.

Baca Juga :  SMART, Tawaran Strategis Prof Hepni, Saat Hadiri Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf

Dengan menahan diri tidak ‘menggosipi’ atau ngerasani Tuhan, rasa syukur dan menerima atas segala Ketentuan-Nya akan semakin kuat. Melalui penerimaan, hati akan lebih damai, tanpa sedikitpun terkelupas oleh keluhan yang hanya mendatangkan luka kepahitan. Memaksakan diri menerima dengan penuh kesadaran dan yakin bahwa Tuhan pasti menetapkan yang terbaik.

Selama manusia masih di dunia, selama itu pula ia tidak akan bisa lari dari masalah. Ada baiknya merenungi kata Gus Baha, Nabi saja kalau keluar dari masalah, beliau dapat masalah baru. Lha kamu, maunya bebas dari masalah, ya ngak bisa. Seberapa banyak dan besar masalah hidup, jika sabar atas ketetapan Tuhan, semua tidak akan menjadi masalah. So, berhenti Ngerasani Tuhan.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember
Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid
Tawadhu’! Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Bicara Tentang Titel Pendidikannya
SMART, Tawaran Strategis Prof Hepni, Saat Hadiri Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf
Menyelami Makna Dialog  Nabi Ibrahim dan Ismail
Simbolisasi Ibadah Kurban, Gus Aab: Sembelihlah Hawa Nafsunya!
Dari Idul Fitri hingga Idul Adha: Agama Tak Pernah Lupa Kemanusiaan
Ragam Ukuran Kemampuan Berqurban: Telaah Lintas Mazhab

Baca Lainnya

Senin, 16 Juni 2025 - 19:16 WIB

Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember

Sabtu, 14 Juni 2025 - 22:29 WIB

Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid

Jumat, 13 Juni 2025 - 09:08 WIB

Tawadhu’! Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Bicara Tentang Titel Pendidikannya

Rabu, 11 Juni 2025 - 12:27 WIB

SMART, Tawaran Strategis Prof Hepni, Saat Hadiri Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf

Jumat, 6 Juni 2025 - 18:20 WIB

Menyelami Makna Dialog  Nabi Ibrahim dan Ismail

TERBARU