Frensia.id Sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan Nahdlatul Ulama secara tegas melalui muktamar ke 27 tahun 1984 di Situbondo tidak terlibat dalam politik praktis. Namun ketidakterlibatan NU pada politik praktis 2024 ini masih dalam bayang-bayang pertanyaan, diragukan bahkan dinilai meresahkan oleh kalangan tokoh NU karena dianggapnya melanggar khitah 1926. Salah satu tokoh NU itu adalah Gus Nadir.
Tulisan ini mengurai terkait unggahan Gus Nadir sapaan akrab Prof. KH. Nadirsyah Hosen dilaman akun IGnya (nadirsyahhosen_official). Dalam Postingannya Gus Nadir menulis PBNU tidak netral : prasangka atau fakta? Akademisi Indonesia yang mengajar du difakultas hukum Universitas Monas ini dalam unggah ignya meyuguhkan ayat Al-Qur’an mengenai larangan berparasanka seperti dalam surah al-Hujurat “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa” (Q.S Al-Hujurat : 12).
Ajakan pertama dari unggahan ini adalah hendak mengingatkan pada kita bahwa berprasangka adalah hal yang tidak baik bahkan dosa sehingga sedapat mungkin harus dinegasikan. Apalagi prasangka kepada kyai-kyai sepuh yang memiliki keilmuan, ahlak dan pengabdian yang besar bagi NU, sebut saja kyai da ulama di tubuh PBNU. Nampaknya tidak pantas, suul adab begitu istilah pesantrennya. Namun Bagaimana jika itu benar-benar terjadi sebagaia sebuah fakta, haruskah tetap mengingkarinya.
Menurut kyai yang sejak 2005 menjadi Ra’is Syuriah PCI Australia dan Selandia Baru ini jika sudah fakta kita tidak boleh mengingkarinya.
“Tapi jika itu sebuah fakta, kita dilarang mengingkarinya dengan dusta. Apalagi sebagai pemimin umat tidak boleh melakukan kebohongan publik” tulis Gus Nadir. Ia mengutip Al-Qur’an surh Shafir ayat 28 bahwa Sesunguhnya Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-orang yang melampuai batas lagi pendusta.
Lalu bagaimana dengan netralitas PBNU di pilres 2014? apakah isu tersebut sebegai prasangka yang mustinya kita jauhi karena prasangka ini tak ubahnya kecurigaan yang tak mendasar? atau justru isu PBNU tidak netral sudah menjadi fakta yang tidak bisa diingkari.
Menurut Gus Nadir PBNU dalam hal ini Rais Am dan ketua umumnya tidak netral lagi mengenai pilpres 2024. Hal itu sebagaimana ulasan secara tuntas dengan bukti dan narasumber yang mengahdiri pengarahan dari kedua pimpinan PBNU tersebut seperti yang dirilis koran Tempo.
“Koran Tempo sudah mengulas tuntas dengan bukti dan narasuber yang mengahdiri pengarahan Rais Am dan Ketum PBNU soal dukugan kepada Paslon 02” imbuhnya. Selian itu ia juga sampaikan dalam cara Gaslpol! Ft. Gus Nadir (Kompas.com/20/01/2023). Gus Nadir menyampaikan “beberapa waktu lalu itu PBNU mengumpulkan pengurus wilayah, cabang, Rois Syuriah dan Tanfidiyah di surabaya dan memang bukan di kantor PBNU serta tidak ada keputusan resmi, tapi yang jelas yang dikumpulkan adalah pengurus sehingga kemudian secara masif struktur itu diperintahkan untuk mendukunng 02”. Tutur Gus Nadir
Dalam unggahan ignya, Gus Nadir memposting majalah Tempo dengan judul manuver PBNU buat Prabowo. Isi majalah tempo tersebut menyebutkan bahwa Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat mengumpulkan Rais Syuriah dan ketua pengurus Cabang Nu se-Jabar. Perkumpulan tersebut berisi arahan untuk memenangkan Prabowo Gibran.
Hal tersebut bagi Gus Nadir meresahkan karena dalam penilaannya melanggar khittah 1926. Ia mengajak untuk menjaga marwah NU agar tidak terlibat dalam wilayah politik kekuasaan.
“Ini tentu meresahkan karena melanggar Khittah 1926. Mari yuk jita jaga marwah Nu agar tidak masuk ke wilayah politik kekuasaan. Jangan sampai retorika netral hanya dimulut tapi berbeda kenyataannya di lapangan” Tulis Gus Nadir mengkahiri tulisannya.