Frensia.id- Pernah diteliti! Di Gresik kader Nahdliyah pernah terpilih sebagai bupati di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Kemenangan terindikasi karena bersatunya Pengurus Cabang Nahdaltul Ulama’ (PCNU) dan Dewan Pengurus Cacang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Gresik.
Menegangnya hubungan PKB dan PBNU saat ini tampak dapat merugikan kader NU sendiri. Organisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini, tampak tak bisa dipisahkan dengan PKB yang secara historis dirintis oleh tokoh-tokoh NU sendiri.
Hal demikian ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan sejumlah akademisi. Salah satunya adalah Muhammad Nurullah. Ia berasal dari Universitas Airlangga (UNAIR).
Riset yang diterbitkan pada tahun 2015 di Repository kampusnya, fokus pada relasi PCNU Gresik dan DPC PKB dalam Pilkada tahun 2015. Riset tersebut dilakukan karena terindikasi adanya konflik internal.
Ia mengurai fenomena yang ditemukannya dengan kerangka teoretis relasi sosial gagasan George Simmel. Pelaksanaannya dilakukan dengan kualitatif.
Setelah melakukan kajian mendalam, ia menegaskan bahwa hubungan antara pengurus PCNU Kabupaten Gresik dan kader PKB sejak era reformasi hingga Pilkada 2015 mengalami perubahan yang dinamis. Dinamika ini tampak jelas pada setiap Pilkada di Kabupaten Gresik.
Ketika hubungan antara pengurus PCNU dan PKB harmonis, soliditas dan komitmen dalam kegiatan sosial, keagamaan, dan politik menghasilkan kemenangan bagi NU dan PKB. Namun, saat hubungan tersebut kurang baik atau penuh konflik, calon bupati dari kader NU mengalami kekalahan.
Seiring berjalannya waktu, hubungan antara pengurus PCNU dan PKB menjadi semakin konfliktual dan kontestatif, dengan kedua belah pihak bersaing untuk memanfaatkan potensi dan kekuatan NU. NU dianggap tidak hanya sebagai komunitas besar (jama’ah) tetapi juga sebagai organisasi dengan jaringan yang kuat (jam’iyah).
Pertikaian ini mencerminkan persaingan internal yang tajam, mempengaruhi dinamika politik dan sosial di Kabupaten Gresik. Bahkan serta berdampak pada efektivitas dan kesuksesan program-program yang dijalankan oleh kedua organisasi tersebut.
Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan yang harmonis antara PCNU dan PKB untuk mencapai keberhasilan dalam politik lokal dan program-program sosial keagamaan. Sebaliknya, konflik dan persaingan internal dapat menghambat pencapaian tujuan bersama dan merugikan kedua belah pihak. (*)