Frensia.id- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) positif tidak lolos parlemen. Sebenarnya apa yang menyebabkan partai yang sudah tahunan ini melemah. Dulu PPP Dianggap bertahan karena punya sosok KH Maimun Zubair.
Partai dengan simbol Kabah hanya menerima 3,87 persen suara pada Pemilihan Legislatif 2024. Jadi berada di bawah ambang batas parlemen yang ditetapkan sebesar 4 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa partai tersebut masih belum mencapai dukungan yang memadai untuk mendapatkan kursi di parlemen. Padahal sudah puluhan bertahan, hanya pada pemilu tahun ini yang melemah.
Alasan kebertahanannya sejak dulu, ternyata oleh peneliti disebut-sebut karena sosok KH Maimun Zubair. Salah satu penelitian yang mengungkapkannya adalah yang disusun oleh Siti Mu’azaroh.
Risetnya berjudul, “Cultural Capital dan Kharisma Kiai dalam Dinamika Politik: Studi Ketokohan K.H. Maimun Zubair“. Temuannya diterbitkan In Right pada tahun 2016.
Menurut penulisnya, K.H. Maimun Zubair (K.H. Maimun) merupakan salah satu figur penting dalam dinamika politik dan agama di Indonesia. Sebagai seorang kiai yang memiliki pengaruh yang luas, terutama di kalangan santri dan masyarakat Muslim.
Perannya tidak terbatas hanya sebagai pengasuh pondok pesantren. Akan tetapi, juga sebagai aktor politik yang berpengaruh, terutama dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Dalam konteks teori sosiologi politik, peran ganda K.H. Maimun sebagai kiai dan pemimpin politik membentuk apa yang disebut sebagai “cultural capital” atau modal budaya. Konsep ini mengacu pada nilai-nilai, simbol, dan kepercayaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok yang memberikan keunggulan dalam berbagai bidang, termasuk politik.
Dalam hal ini, kharisma, kealiman, dan integritas moral K.H. Maimun menjadi sumber daya penting di PPP. Utamanya, dalam menggaet suara masyarakat.
Analisis Mu’azaroh sangat lebih mendalam kontribusi KH. Maimun Zubair dalam politik prakis. K.H. Maimun menurutnya tampak berperan dalam mengarahkan PPP untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam kebijakan dan tindakan politiknya.
Ini mencerminkan adanya upaya untuk menyelaraskan prinsip-prinsip agama dengan praktik politik, sebuah fenomena yang sering disebut sebagai “simbiosis mutualis” antara agama dan politik.
Dalam konteks Indonesia, di mana Islam memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan politik, peran tokoh agama seperti K.H. Maimun dapat menjadi kunci dalam membentuk arah politik partai dan kebijakan pemerintah yang lebih sesuai dengan nilai-nilai keislaman.
Dengan demikian, melalui pendekatan akademis, semua pihak dapat melihat sosok K.H. Maimun Zubair memainkan peran yang signifikan dalam menghubungkan agama dengan politik.
Pada intinya, kontribusi Kiai kharismatik dalam membentuk dinamika politik sangat besar, utamanya dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.
Untuk itu, jika PPP saat ini melemah, kemungkinan karena saat ini tak pernah diperkuat sosok yang memiliki capital politik seperti KH Maimun Zubair lagi.