Frensia.id – Awal Puasa Ramadhan telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Agama (kemenag) jatuh pada hari Selasa 12 Maret 2024.
Kemenag telah menetapkan bahwa lembaga-lembaga Pendidikan dibawah naungannya akan tetap masuk, dan hanya libur pada hari pertama puasa.
Dilansir dari laman resmi Kemenag, Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, M. Sidik Siadiyanto menyampaikan bahwa pembelajaran dimulai pada hari kedua Ramadhan.
Selain itu, ia berpesan bahwa momentum Ramadhan jangan menjadi penyebab kurangnya gairah dalam menuntut ilmu, justru Ramadhan harus “membakar” semangat dan motivasi.
Sebagaimana kata seorang peneiliti dari Laboratory of Neuroscienses National Institute of Aging, Mark Mattson menilai puasa dapat membantu mempertajam daya ingat, sehingga tidak ada alasan lemes saat bersekolah dalam keadaan berpuasa.
Seperti dikutip dari buku 35 Manfaat Puasa karya Tim Penulis Pena Kreativa, menurut Mark Mattison puasa membuat pikiran menjadi lebih tenang dan juga melambat.
Uniknya dalam penelitiannya, ternyata pikiran yang melambat ini membuatnya justru bekerja lebih tajam.
Selain itu, jika ditinjau dari segi insting, masalah lapar adalah masalah keberlanjutan hidup sehingga wajar jika rasa lapar memaksa untuk berpikiran lebih tajam dan kreatif.
Ilmuwan di bidang neurologi tersebut telah melakukan penilitian mengenai manfaat puasa terhadap kesehatan otak. Hasilnya, aktivitas puasa dapat neurobotik yang mampu membantu tubuh untuk memproduksi lebih banyak sel-sel otak. Sehingga dapat meningkatkan fungsi dan kinerja otak.
Kaitan puasa dengan kesehatan maupun tubuh manusia telah diuraikan oleh pakar neurosain sekaligus peneliti Fakultas Kedokteran Universitas California alumni Universitas Hasanuddin Makasar Indonesia, Prof. dr. Taruna Ikrar, MPharm, Ph.D
Ia menjelaskan bahwa berdasarkan plastisitas dan neurogenesis (kelenturan dan perkembangan otak), serta jaringan otak diperbarui melalui berpuasa sebulan penuh.
Hal ini berarti akan terbentuk pribadi manusia baru secara biologis, psikologis, dan fungsional.
Menurut dr. Taruna seperti yang telah dituangkan dalam bukunya, “60 Fakta Kesehatan Mutakhir”, secara ilmiah manfaat puasa bagi fungsi dan kesehatan otak tersebut berdasarkan dari penelitian tentang plastisitas dan neurogenesis, pada dasarnya dapat berkembang berdasarkan faktor lingkungan, kejiwaan, dan makanan yang dikonsumsi.
Dengan berpuasa, seseorang telah mengatur dan mencegah kelebihan kalori dari makanan yang dikonsumsi.
Terkait hal ini, Dr. Ratey seorang psikiaters dari Harvard mengungkapkan bahwa pengaturan dan pembatasan kalori akan meningkatkan kinerja otak.