Frensia.id- The Religion of Java adalah sebuah mahakarya yang ditulis oleh Clifford Geertz, diterbitkan pada tahun 1960 oleh Free Press. Karya ini cocok dibaca di hari santri, sebab banyak merinci tentang kelas warga ini dalam kelas sosial Jawa.
Dalam buku ini, Geertz mengajak kita menyelami keindahan dan kompleksitas jiwa masyarakat Jawa, di mana praktik keagamaan dan budaya saling berkelindan dalam harmoni yang indah. Melalui pendekatan etnografi yang cermat, ia menggambarkan tiga arus besar yang mengalir dalam kehidupan spiritual pulau yang kaya akan tradisi ini, abangan, santri, dan priyayi.
Abangan mencerminkan kekayaan tradisi lokal, seperti embun pagi yang lembut berkilau di atas daun, memadukan kepercayaan animisme dan sinkretisme Hindu-Buddha. Dalam kelompok ini, ritual dan tradisi dijalani dengan luwes, menciptakan sebuah spiritualitas yang inklusif dan beragam.
Geertz menggambarkan Abangan sebagai sebuah laku hidup yang mengedepankan nilai-nilai keragaman, di mana setiap praktik keagamaan terasa seperti warna yang melukis langit.
Namun, di balik keindahan itu, ada kerentanan: konsistensi keyakinan mereka sering kali terancam oleh keragaman yang mereka peluk. Dalam pertemuan antara tradisi dan perubahan, Abangan menjadi cermin bagi jiwa yang terus beradaptasi, mencari makna dalam kerumitan zaman.
Berbeda dengan Abangan, Santri hadir dengan semangat yang menggebu, seperti bara api yang membara. Mereka adalah pelopor yang menjaga keutuhan ajaran Islam ortodoks, menggelorakan semangat pendidikan dan moralitas yang kuat. Dalam jaringan pesantren, Santri meneguhkan identitas mereka sebagai penjaga ajaran suci, berupaya melawan arus sekularisasi yang mengancam tradisi.
Namun, dalam semangat puritanisme ini, muncul ketegangan dengan Abangan, yang melihat mereka sebagai penghalang terhadap kebebasan beragama. Tensi ini menciptakan drama sosial, menggambarkan konflik antara yang lama dan yang baru, antara tradisi yang ingin dipertahankan dan perubahan yang tidak dapat dihindari.
Sementara itu, Priyayi berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan dua dunia: tradisi dan modernitas. Sebagai kelas aristokrat, mereka membawa beban sejarah yang berat, menciptakan identitas berlapis antara pengaruh Hindu-Buddha dan struktur kolonial.
Priyayi berdiri di tengah pergelutan kekuasaan, berusaha menjaga tatanan sosial sambil menghadapi tantangan zaman. Geertz menggambarkan Priyayi sebagai penjaga tradisi sekaligus inovator yang beradaptasi dengan dinamika yang ada.
Namun, meski mereka memiliki kekuasaan, ketidakpastian masa depan sering kali menghantui langkah mereka, menciptakan dilema yang penuh ambiguitas.
Dalam karya ini, Geertz tidak hanya menggambarkan praktik keagamaan dengan detail yang memikat, tetapi juga mengajak kita merenungkan bagaimana agama membentuk identitas dan relasi kekuasaan dalam masyarakat.
Ia menegaskan bahwa agama adalah lebih dari sekadar sistem kepercayaan; ia adalah cara hidup yang terjalin dalam benang-benang keseharian. Dalam penelitiannya, Geertz berhasil menampilkan masyarakat Jawa sebagai sebuah panggung teater yang kaya akan peran dan naskah, di mana setiap individu memainkan bagian dalam cerita yang lebih besar tentang kehidupan.
Dengan gaya penulisan yang luwes, The Religion of Java menjadi jendela yang memungkinkan kita melihat ke dalam jiwa masyarakat multikultural. Karya ini adalah ode bagi keindahan dan kerumitan agama, menyoroti betapa dalamnya makna di balik setiap ritual dan kepercayaan.
Di tangan Geertz, kehidupan religius di Jawa tidak hanya sekadar objek studi; ia hidup, berdenyut, dan melawan arus waktu, menjadi cermin bagi kita untuk memahami jalinan antara agama, budaya, dan masyarakat yang terus berkembang dalam pusaran modernitas.
Karya ini tetap relevan, mengajak kita untuk merenung dan memahami bahwa di balik setiap praktik keagamaan, tersimpan lapisan makna yang menunggu untuk diungkap dan direnungkan.