4 Ornamen Rumah Tradisional Suku Madura, Hasil Akulturasi

4 Ornamen Rumah Tradisional Suku Madura, Hasil Akulturasi
Ilustrasi: 4 Ornamen Rumah Tradisional Suku Madura, Hasil Akulturasi (Sumber: Istimewa)

Frensia.id- 4 ornamen khas yang sering ada pada rumah tradisional sering lahir dari proses akulturasi yang panjang. Begitupun rumah klasik suku Madura, terdapat ornamen unik hasil akulturasi budaya ragam suku.

Ornamen adalah suatu hiasan khas yang dibuat secara khusus menjadi bentuk dalam sebuah karya seni, umum didasarkan pada alam raya. Lumrahnya, sebuah bangunan tradisional memiliki ornamen beragam dan mengindikasikan adanya aturan, norma, serta pola yang telah digariskan dan menjadi kesepakatan bersama.

Bahkan sebagai produk budaya, bentuknya dapat diwariskan secara turun-temurun. Ini juga yang tentu ada pada ornamen rumah, tinggal tempat tinggal tradisional suku Madura.

Bacaan Lainnya

Ornamen tersebut tentu tidak lepas dari adanya akulturasi kebudayaan antar suku yang menetap di Madura. Salah satunya, bisa dianggap mencerminkan perpaduan berbagai pengaruh budaya, baik lokal maupun dari luar. Misalnya, hiasan pada pintu, jendela, dan atap rumah sering kali menunjukkan motif-motif yang berasal dari alam, seperti tumbuhan dan hewan, yang kemudian disesuaikan dengan estetika dan nilai-nilai budaya setempat.

Sejumlah akademisi dari UPN Vetaran Jawa Timur, begitu untuk mengkaji hal tersebut. Mereka adalah Dyan Agustin, Nur Rahmatul Lailiyah, Mu’ammar Fadhil dan M.Ferdiyan Arya.

Penelitian yang telah diterbitkan dalam NALARs pada tahun 2020 kemarin, mendasari asumsi bahwa ornamen dalam arsitektur rumah Madura juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Setiap motif dan bentuk hiasan tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif, tetapi juga mengandung pesan-pesan filosofis dan kepercayaan yang dipegang oleh masyarakat Madura.

Setidaknya ada 4 ornamen yang ditemukan, saat mereka melakukan analisis pada sejumlah rumah tradisional Suku Madura.

Ornamen Motif Flora

Motif flora dapat disebut juga motif organik. Biasanya ditempatkan pada dinding gejug dan di atas pintu, yang berfungsi sebagai ventilasi udara. Konsep rumah tinggal Madura, terutama pemukiman Tanean Lanjhang, menggunakan konsep ruang tertutup, sehingga ventilasi udara menjadi penting.

Motif ukiran ini sering dilengkapi dengan warna khas Madura yaitu hijau, kuning, dan merah, atau gabungan antara ketiganya. Warna-warna tersebut memiliki makna simbolis, melambangkan kekuatan dan kejujuran. Motif flora atau organik yang digunakan dalam ukiran pada rumah Madura tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif, tetapi juga memainkan peran praktis dalam sirkulasi udara di dalam rumah.

Salah satu bentuk ornamennya adalah motif tumbuhan salur (okel). Dari bentuk pahatannya, yang berupa garis-garis berbeda yang khas dibanding dengan motif Jepara.

Ornamen Motif Fauna

Motif fauna dalam arsitektur rumah Madura didominasi oleh hasil akulturasi budaya antara Madura dengan Cina. Motif ini tidak begitu banyak digunakan, tetapi biasanya dapat ditemukan pada bubungan atap serta pada kusen pintu atau jendela.

Akulturasi budaya antara Madura dan Cina membawa pengaruh pada penggunaan motif fauna dalam dekorasi rumah tradisional. Motif-motif ini sering kali menggabungkan elemen-elemen dari kedua budaya, menciptakan desain yang unik dan kaya akan simbolisme.

Beberapa bentuknya mangadopsi ragam bentuk mitos hewan-hewan di Cina. Beberapa di antaranya, motif ular, naga, dan burung Pheonix.

Ornamen Motif Swastika

Motif ini diindikasikan merupakan perpaduan budaya Jawa Hindu yang diadopsi oleh masyarakat Madura. Namun, penggunaan motif ini tidaklah begitu menonjol karena lebih sering digunakan sebagai tepian ukiran motif okel.

Motif swastika, yang juga dikenal sebagai motif geometris, memiliki bentuk garis yang tegas dan cenderung berulang. Melalui simbolisasinya memberikan sentuhan estetis yang khas pada ukiran-ukiran tradisional Madura.

Meskipun tidak menjadi elemen utama dalam hiasan, motif ini sering ditemukan sebagai pelengkap pada tepi ukiran, memberikan kesan harmoni dan keseimbangan dalam desain keseluruhan. Salah satu contohnya ada di daun pintu kraton Sumenep.

Ornamen Motif Campuran

Disebut motif campuran, karena terdiri dari berbagai motif ornamen yang disebutkan sebelumnya. Jadi dalam satu ornamen ada banyak ragam motif. 

Misalnya, ornemen motif flora yang dicampur dengan swastika. Hasilnya terkesan seperti akulturasi kebudayaan dari Cina, Jawa Hindu, dan Madura.

Begitu pun pada motif flora yang digabungkan dengan fauna. Terkesan hasil perpaduan budaya Madura dan Cina.