Frensia.id- Pisang merupakan buah yang tergolong mudah untuk ditemukan di Indonesia. Buah yang memiliki batang lunak ini memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan mudah diberbagai tempat.
Selain jenisnya yang beraneka ragam, Pisang juga memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang dianggap tidak terlalu membutuhkan perhatian khusus, mulai dari suhu dan kondisi tanah.
Hanya saja apabila ditempatkan di tanah yang mempunyai kualitas, maka pertumbuhan dan mutu buah akan semakin baik.
Faktor tersebutlah yang menjadikan buah pisang mudah untuk dijumpai. Selain itu, kebutuhan masyarakat akan olahan pisang juga menjadikan buah ini sebagai komoditas yang mudah untuk dipasarkan.
Dilihat dari proses pertumbuhan dan marketing yang relatif mudah, ternyata ada kisah yang kurang menarik dari para petani pisang.
Hampir seluruh petani pisang mempunyai pengalaman pernah dicuri. Barangkali semua jenis buah-buahan mempunyai nilai jual yang menggiurkan dan berpotensi untuk mengundang pencuri.
Akan tetapi, menurut beberapa kisah dari para petani, cara yang digunakan dalam mencuri pisang tergolong cukup profesional dan berkelas.
Buah yang harganya mulai dari kisaran belasan rupiah hingga bahkan ada yang mencapai diatas seratus ribu ini, mengundang pencuri dengan cara yang cukup dramatik.
Beberapa diantaranya adalah cerita dari Agus, warga yang berdomisili di kecamatan Umbulsari ini mewanti-wanti agar tidak membawa pedagang pisang masuk ke pekarangan sawah.
Menurutnya hal tersebut akan memberi peluang kepada mereka keesokan harinya untuk datang kembali tanpa adanya pemilik kebun.
Lebih lanjut keterangan dari bapak dua anak ini adalah bisa jadi pencuri yang berkedok sebagai pedagang ini akan masuk ke kebun dan apabila diketahui oleh warga lain yang tidak sengaja bertemu, maka ia akan bilang bahwa kemarin sempat melakukan transaksi, sehingga hari ini adalah waktunya untuk memotong. Padahal tidak pernah sama sekali.
Cerita ini ternyata selaras dengan kejadian yang menimpa ibu Siti, perempuan yang masih bertetangga dengan Agus. Pernah suatu hari saat berkunjung ke kebun miliknya ibu yang usianya sudah hampir berkepala lima ini memergoki seorang pedagang pisang sedang mencuri salah satu buah pisang miliknya.
Anehnya, pencuri tersebut dengan santainya berkata,”saya sudah membeli pisang ini dari pemiliknya”, tanpa menyadari bahwa yang diajaknya bicara adalah si pemilik itu sendiri.
Ada pula yang melakukan pencurian setelah transaksi yang memang benar-benar dilakukan gagal. Sebagai buah yang biasa digunakan untuk slametan dalam suatu acara, pemilik terkadang juga menolak untuk menjualnya dengan alasan sebagaimana yang dimaksud.
Akhirnya nasib apes diterima oleh pemilik. Pencuri tidak peduli dengan alasan yang disampaikan, hingga akhirnya keesokan hari, pohon pisang tinggal batangnya dengan buah yang telah raib. Tanpa ada bukti apapun yang ditinggalkan. Demikian kisah-kisah pencuri pisang beroperasi.
Pemilik memang menyesalkan buah yang dinantikan selama beberapa bulan untuk bisa dipanen, akan tetapi mereka menyadari untung tidak bisa dipaksakan hanya saja keesokan harinya akan lebih waspada, salah satunya adalah dengan cara apabila buah sudah bisa untuk dipetik, maka batang akan langsung dipangkas. Daripada keduluan pencuri.