Frensia.id – Sebuah malam penuh drama di Etihad Stadium menyaksikan Manchester City kembali menegaskan dominasinya di Liga Primer dengan kemenangan 3-1 atas Chelsea.
Pertandingan ini bukan hanya soal tiga angka, tetapi juga panggung yang menampilkan kecerdikan taktik Pep Guardiola dan ketajaman seorang Erling Haaland yang tak kenal lelah.
Pertandingan dimulai dengan kejutan. Baru tiga menit berjalan, lini belakang City goyah oleh kesalahan Abdukodir Khusanov yang tampak gugup di bawah tekanan.
Umpan lemah ke Ederson langsung dimanfaatkan oleh Nicolas Jackson, yang dengan cepat mengalirkan bola kepada Noni Madueke untuk diselesaikan dengan gemilang. Chelsea memimpin 1-0, dan stadion terhenyak.
Namun, City bukanlah tim yang mudah menyerah. Mereka berangsur menemukan ritme permainan dengan koordinasi lini tengah yang dikomandoi Mateo Kovacic dan Ilkay Gundogan. Di menit ke-42, Josko Gvardiol akhirnya menjadi penyelamat.
Memanfaatkan umpan matang dari Matheus Nunes, bek tangguh ini menyamakan kedudukan dengan sundulan yang melesat tanpa ampun ke gawang kosong setelah kiper Chelsea, Robert Sanchez, kehilangan posisi. Gol itu menjadi penyemangat sekaligus membuktikan pentingnya visi permainan yang mengalir dari lini belakang.
Babak kedua menjadi milik Manchester City sepenuhnya. Guardiola terlihat menginstruksikan timnya untuk meningkatkan intensitas permainan, dan mereka merespons dengan penuh semangat.
Phil Foden, yang tampil cemerlang sepanjang malam, membuka babak dengan beberapa ancaman nyata, termasuk tendangan jarak jauh yang hanya tipis melenceng dari gawang.
Pada menit ke-68, Ederson menunjukkan mengapa ia tidak hanya dikenal sebagai penjaga gawang, tetapi juga playmaker dari lini belakang. Umpan panjangnya yang presisi menembus pertahanan Chelsea dan menemui Haaland, yang dengan penuh percaya diri melewati Trevoh Chalobah.
Posisi Sanchez yang terlalu jauh dari garis gawang dimanfaatkan sang striker Norwegia untuk mencetak gol brilian dari luar kotak penalti. City kini unggul 2-1, dan momentum sepenuhnya berada di tangan mereka.
Haaland kembali menunjukkan kelasnya di menit ke-87. Kali ini, ia bertindak sebagai kreator. Menahan bola dengan tenang di bawah tekanan, ia memberi umpan terobosan sempurna kepada Foden, yang dengan tenang menaklukkan Sanchez dengan sepakan kaki kiri. Skor berubah menjadi 3-1, dan Chelsea tampak kehilangan arah.
Di sisi lain, para pemain muda Chelsea seperti Levi Colwill dan Noni Madueke tampak terisolasi, terperangkap dalam tekanan tanpa henti dari pressing City.
Percobaan Maresca untuk menambah daya gedor dengan memasukkan pemain seperti Christopher Nkunku dan Pedro Neto tak membuahkan hasil. Serangan mereka tumpul, sementara pertahanan terus terkikis oleh serbuan Foden dan Bernardo Silva dari sisi sayap.
Statistik pertandingan semakin mempertegas dominasi City. Dengan xG (expected goals) 2,08 berbanding 1,42 milik Chelsea, tuan rumah jelas lebih efektif dalam memanfaatkan peluang. Total penguasaan bola pun mencapai hampir 65% di akhir laga, mencerminkan permainan atraktif yang menjadi ciri khas Guardiola.
Kemenangan ini menambah rasa percaya diri Manchester City, yang terus berupaya mempertahankan status mereka sebagai raksasa Liga Primer.
Haaland kini telah mencetak gol ke-25 musim ini, sementara Foden terus menunjukkan kematangannya sebagai salah satu gelandang muda terbaik dunia.
Bagi Chelsea, kekalahan ini menjadi tamparan keras. Setelah kemenangan atas Wolves di laga sebelumnya, ekspektasi tinggi sempat mengiringi kedatangan mereka ke Etihad.
