Frensia.id – Band punk asal Purbalingga, Sukatani, yang belakangan santer diberitakan karena diduga mengalami intimidasi oleh aparat kepolisian, ternyata telah menjadi objek penelitian akademisi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Siapa sangka, di balik musik cadas dan lirik kritis mereka, ada kajian ilmiah yang mengulas makna mendalam dalam karya mereka.
Nama Sukatani mencuat setelah lagu mereka yang berjudul “Bayar-Bayar-Bayar” dianggap kontroversial karena menyentil isu-isu sosial yang sensitif. Namun, jauh sebelum isu ini merebak, karya mereka sudah mendapat perhatian akademisi.
Adalah Khusna Nur Septiana, seorang peneliti dari UNY, yang meneliti lagu “Realitas Konsumerisme” dan mempublikasikan hasil kajiannya pada tahun 2024 di Edu Aksara: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam penelitiannya, Khusna menggunakan pendekatan semiotika Ferdinand de Saussure untuk mengupas pesan sosial dalam lirik lagu tersebut.
Hasilnya? Lagu ini ternyata bukan sekadar lantunan bernada lantang, tetapi juga mengandung kritik tajam terhadap budaya konsumtif yang berkembang di masyarakat, terutama di kalangan generasi muda.
“Realitas Konsumerisme” menggambarkan kehidupan masyarakat yang semakin terjebak dalam pola konsumsi berlebihan, didorong oleh kemudahan akses kredit, tekanan sosial, dan dorongan untuk menjaga citra.
Ungkapan seperti “Produktivitas nol” dalam liriknya menjadi pengingat akan dampak negatif perilaku konsumtif yang bisa memicu siklus utang dan bahkan merugikan ekonomi individu.
Keunikan Sukatani terletak pada kemampuannya mengemas kritik sosial dalam lirik yang tajam dan musik yang energik. Lagu mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak pendengar untuk berpikir kritis tentang gaya hidup konsumtif. Dengan lirik yang lugas dan relevan, mereka menyampaikan pesan yang menggugah dan mendorong refleksi sosial.
Meski karyanya telah diakui di ranah akademik, Sukatani tetap menghadapi tantangan di lapangan. Dugaan intimidasi terhadap band ini menimbulkan pertanyaan besar tentang kebebasan berekspresi di Indonesia.
Apakah kritik sosial dalam musik memang harus dibungkam? Ataukah ini justru menjadi bukti bahwa seni bisa menjadi alat perubahan yang kuat?
Terlepas dari polemik yang ada, satu hal yang pasti: Sukatani bukan sekadar band punk biasa. Dengan musik sebagai medium, mereka berhasil menyuarakan kegelisahan banyak orang.
Dan kini, dengan adanya penelitian akademis yang mengupas karya mereka, semakin jelas bahwa punk bukan hanya soal kebisingan—tetapi juga tentang kesadaran dan perlawanan terhadap ketidakadilan sosial.