Ber-Pilkada dengan Cinta

Thursday, 21 November 2024 - 11:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id- Pilkada bukan urusan siapa yang menang atau siapa yang kalah. Lebih dari itu, Pilkada adalah momen penting untuk sama-sama berupaya mencari pemimpin yang terbaik, dengan mengutamakan kemanusiaan, ditengah perbedaan pilihan politik. Wajar saja, bukan pilkada kalau pilihannya sama.

Sayangnya, realitas yang kerap kali ditemui justru sisi negatif yang terlihat dan terdengar. Ujaran kebencian, fitnah, money politik hingga hubungan antar masyarakat sebagai pemilih berujung renggang dan bermusuhan. Ambisi menang masih menjadi tujuan utama, tidak salah hal demikian, wajar dalam kontestasi, masalahnya ketika kerukunan, kedamaian dan persatuan terabaikan.

Padahal pilkada ini hanyalah proses politik, tujuannya untuk kesejahteraan manusia. Bagaimana mungkin proses yang dirancang memperjuangkan hak-hak rakyat justru merusak nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena itu, Gus Dur, Presiden RI ke 4 pernah mengungkapkan “yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan”.

Ungkapan ini mengingatkan bahwa politik seperti pilkada hanyalah alat untuk mencapai kebaikan bersama. Bukankah politik akan kehilangan esensinya, jika prosesnya justru menyuguhkan perpecahan dan meruncingkan permusuhan? Tidak berhenti disitu, Gus Mus juga memberikan perhatian terkait agar tidak berlebih-lebihan soal urusan pilkada semacam ini

Sahabat karib Gus Dur ini mengingat “orang yang beragama itu diminta oleh agamanya untuk tidak bersikap berlebih-lebihan dalam segala hal, termasuk dalam berpolitik.” Melampaui batas dalam pilkada hingga fanatisme membati buta, menghalalkan segala cara untuk menang, hanya akan membuat duka. Alih-alih merusak proses demokrasi.

Baca Juga :  PKB Jember Gelar Pendidikan Kader Loyalis, Perkuat Loyalitas Generasi Muda Partai

Ibarat mencari pemimpin rumah tangga, pencarian pemimpin seperti di Pilkada harus dilakukan dengan cinta. Cinta harus menjadi pegangan dalam proses politik, cinta pada rakyat, persatuaan dan kebaikan bersama. Tanpa cinta, pilkada menjadi momen penuh ambisi, menanggalkan kemanusiaan. Politik yang terlalu panas dan emosional hanya akan menciptakan konflik, tanpa solusi nyata yang membawa kebaikan.

Lantas, bagaimana berpolitik dengan cinta? Ada tiga elemen bagaimana berpilkada dengan cinta. Pertama, Kandidat atau calon. Pemimpin yang pantas jadi untuk dipilih adalah calon yang benar-benar peduli, bukan sebatas retorika janji-janji kosong. Calon yang mengedepankan cinta dapat ditandai dari visi, misi dan programnya, biasanya mengedepankan kesejahteraan bagi semua.

Selain itu, dalam proses pilkada mereka tidak menunjukkan ambisinya dengan menghalalkan pendukung dan timsesnya melakukan segala cara agar menang. Justru sebaliknya, selalu mengedepankan ajakan berkompetisi secara damai, menekankan nilai kejujuran dan merawat kerukunan ditengah masyarakat.

Kedua, pendukung atau Timses. Pendukung dan timses adalah elemen yang tak terpisahkan mewujudkan pilkada damai, merekalah yang aktor di lapangan. Pendungkung yang mengedepankan cinta dalam pilkada akan menjaga hubungan baik dengan siapapun, meski pilihan politiknya berbeda. Tidak terjebak pada fanatisme yang membutakan akal dan hati.

Baca Juga :  Temui Kelompok Tani Jember, Bupati Fawait Minta Masukan Soal Pertanian

Terakhir, Penyelenggara. Lembaga penyelenggara Pilkada memegang peran kunci untuk menjaga pilkada jujur, adil dan transparan. Penyelenggara yang mengedepankan cinta dalam proses pilkada tidak akan berperilaku culas. Mereka menyelenggarakan hajatan politik ini dengan proses yang bersih dan tegas tanpa berpihak. Hasil yang jujur dengan lapang dada diterima semua pihak. Dengan begitu, pilkada berakhir damai dan memuaskan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Moh. Mahfud MD (1999) dalam Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, ada beberapa indikator utama dalam mewujudkan Pilkada yang demokratis, damai, dan bermartabat. Indikator tersebut mencakup regulasi yang tepat dan jelas, partai politik yang kompeten, pemilih yang cerdas, penyelenggara pemilu independen, dan birokrasi yang netral.

Semua komponen ini harus berjalan selaras untuk memastikan Pilkada tidak hanya menjadi ajang kontestasi kekuasaan. Akan tetapi juga sarana memperkokoh demokrasi dan kesejahteraan rakyat.

Pada akhirnya, pilkada dengan cinta harus mengedepankan kejujuran, kerukunan dan kemanusiaan di atas ambisi politik. Bukan memperuncing perbedaan, namun momen berkompetisi dengan baik, selebihnya mempererat silaturahmi. Politik yang dibangun berdasarkan cinta akan meninggalkan jejak kebaikan. Bukan soal siapa yang menang, tapi bagaimana kerukunan dan sikap saling menghargai menjadi tujuan utama. Ber-pilkada dengan cinta adalah cara berpolitik yang mempersatukan, bukan memecah belah

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Bupati Fawait Turun Langsung Tinjau Lokasi Perumahan Terendam Banjir
Gus Fawait Minta Organisasi Mitra Pemerintah Tak Hanya Gelar Acara Seremoni
Temui Guru Ngaji, Gus Fawait Pastikan Insentif Guru Ngaji Berjalan Lancar
Pemkab Jember Siapkan Layanan Homecare untuk Tingkatkan Kualitas Kesehatan Para Lansia dan Penyandang Disabilitas
Gus Fawait akan Naikkan Anggaran UHC untuk Perangi AKI-AKB dan Stunting
Pemkab Jember Salurkan Becak Listrik untuk Pengayuh Lansia
Bupati Fawait Optimis Rute Penerbangan Jember-Bali Bisa Jadi Lompatan Besar untuk Daerah
Gus Rivqy Ingin PKPB Hasilkan Kader Militan Penggerak PKB di Daerah

Baca Lainnya

Tuesday, 16 December 2025 - 02:32 WIB

Bupati Fawait Turun Langsung Tinjau Lokasi Perumahan Terendam Banjir

Tuesday, 16 December 2025 - 00:43 WIB

Gus Fawait Minta Organisasi Mitra Pemerintah Tak Hanya Gelar Acara Seremoni

Sunday, 14 December 2025 - 15:36 WIB

Temui Guru Ngaji, Gus Fawait Pastikan Insentif Guru Ngaji Berjalan Lancar

Friday, 12 December 2025 - 22:39 WIB

Pemkab Jember Siapkan Layanan Homecare untuk Tingkatkan Kualitas Kesehatan Para Lansia dan Penyandang Disabilitas

Friday, 12 December 2025 - 22:25 WIB

Gus Fawait akan Naikkan Anggaran UHC untuk Perangi AKI-AKB dan Stunting

TERBARU

Direktur Pengelola Sarana & Prasarana Selaku Pembina Apel Melakukan Pengecekan Pasukan Apel Gelar Pasukan Posko Nataru 2025/2026.  (Foto: Istimewa).

Regionalia

KAI Jember Siapkan 144 Ribu Tiket untuk Libur Nataru, Ada Diskon 30%!

Thursday, 18 Dec 2025 - 15:25 WIB

Kondisi Perumahan di Jember Pasca dilanda Banjir.

Opinia

Ketika Sungai Mengambil Haknya

Wednesday, 17 Dec 2025 - 19:06 WIB