Frensia.id — Malam pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXXI tingkat Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Jember berlangsung megah dan memukau, 13/09. Panggung yang berdiri kokoh di Stadion Jember Sport utama kota disinari tata cahaya modern dan atraksi spektakuler, membuat ribuan pasang mata yang hadir larut dalam suasana penuh khidmat sekaligus kagum.
Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Jawa Timur yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, A.K.S., M.A.P, secara terbuka mengungkapkan rasa takjubnya. Bahkan, ia menyebut, kelas pembukaan MTQ XXXI di Jember mampu mengalahkan penyelenggaraan MTQ di level nasional.
“Dan kalau kita lihat tadi, baru pertama kali MTQ tingkat provinsi maupun tingkat nasional menghadirkan pertunjukan teknologi drone dalam pembukaannya. Oleh karena itu, saya bisa menyatakan bahwa kelas pembukaan MTQ ke-31 di Jember ini lebih dari kelas MTQ nasional,” ungkap Adhy disambut tepuk tangan meriah hadirin.
Adhy tak lupa memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Bupati Jember, Wakil Bupati, jajaran pemerintah daerah, hingga masyarakat Jember yang telah menunjukkan kesiapan luar biasa.
Menurutnya, keberhasilan ini bukan sekadar seremoni, melainkan wujud kebersamaan seluruh elemen untuk memuliakan Al-Qur’an.
Lebih jauh, Adhy menegaskan bahwa esensi MTQ tidak hanya tentang perebutan gelar juara.
“Lebih dari sekedar menjadi juara, MTQ adalah ikhtiar kita bersama untuk menghadirkan cahaya Al-Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujarnya penuh makna.
MTQ XXXI Jawa Timur kali ini diikuti ribuan peserta dari 38 kabupaten/kota. Mereka akan bertanding dalam berbagai cabang, mulai dari tilawah, tahfidz, tafsir, hingga khattil Qur’an.
Para pemenang nantinya akan diproyeksikan mewakili Jawa Timur dalam ajang MTQ Nasional tahun 2026 yang akan digelar di Semarang.
Rangkaian perlombaan resmi dimulai pada 11 September dan akan berakhir pada 20 September 2025. Selama sepuluh hari penuh, Jember akan menjadi pusat perhatian, bukan hanya karena semarak lomba, tetapi juga karena atmosfer religius yang mengiringinya.