Gus Dur, Perempuan ‘Prasejarah’ Dan Panggung Pilkada

Sabtu, 5 Oktober 2024 - 22:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Gus Dur, salah satu ‘pendekar’ yang selalu siap di garda terdepan membela kaum perempuan. Seperti dengan sikapnya yang tidak terima melihat kaum marginal tertindas, ia pun tidak bisa mendiamkan diskriminasi perempuan. Salah satu pembelaannya adalah soal teks agama yang kerap dibentur-benturkan dengan ringkihnya sebuah kaum jika pemimpinya dinahkodai sorang perempuan.

Gus Dur sangat tegas menolak pandangan bahwa suatu kaum akan hancur jika dipimpin oleh perempuan. Apa pasal, cara berpikir demikian harus ditolak, bukankah itu hadist Nabi? Menurutnya, setiap teks dan cara pandang terhadap teks harus dipahami selaras dengan konteks zaman yang melahirkannya. Sederhananya bukan teksnya yang ditolak, tetapi perspektif yang kaku atas teks tersebut.

Dalam realitas di negeri ini, berjibun perempuan terdaftar sebagai peserta pilkada, baik di tingkat Gubernur maupun bupati. Jika menggunakan cara pandang kaku atas teks hadist yang melarang perempuan jadi pemimpin, maka negeri ini sedang berdosa besar secara berjamaah, memberikan lampu hijau perempuan menjadi pemimpin, jelas-jelas menentang perintah Nabi. Neraka, haruskan demikian justifikasinya?

Lebih lagi pada pilkada serentak 2024, diwarnai meningkatnya partisipasi jumlah perempuan sebagai calon kepala daerah. Berdasarkan catatan KPU RI terdapat sebanyak 101 calon gubernur dan wakil gubernur yang telah mendaftar.

Baca Juga :  Driver Ojol Demo dengan Delapan Tuntutan, Pemkab Jember akan Segera Penuhi Tuntutan Lokal

Dari 101 calon gubernur dan wakil gubernur, terdapat sosok-sosok perempuan masa kini yang ikut serta dalam pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam Pilkada 2024. Wilayah Jawa Timur menyumbang cagub dan cawagub perempuan terbanyak dibandingkan provinsi lainnya.

Fenomena ini menandai kemajuan peran perempuan di panggung politik, yang semakin signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Partisipasi mereka dalam Pilkada 2024 menunjukkan bahwa perempuan kini memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan di tingkat daerah.

Dalam buku misteri kata-kata, Gus Dur mengistilahkan wanita ‘prasejarah’ untuk menunjukkan perempuan abad ke 7 dan ke 8, jangankan memimpin pemerintahan, menjalankan perdagangan ke negara-negara lain yang sangat jauh, sangat sulit bagi seorang perempuan.

Siti Khodijah misalnya, tidak menjalankan perdagangan nya sendiri dari Madinah ke Baitul Maqdis tetapi dijalankan oleh Muhammad sebelum menjadi nabi. Situasi ini mengalami perubahan sosial yang terus berkembang, dimana perempuan tidak hanya mampu mengoperasikan komoditasnya sendiri, namun juga menjadi pemegang pucuk pimpinan.

Baca Juga :  Gus Khozin Soroti Catatan Hitam Proses Demokrasi di Jember dan Dorong Revisi UU Pemilu

Mengenai teks yang melarang pemimpin negara seorang wanita misalnya Nabi Muhammad Saw pernah menyatakan, bahwa apabila suatu kaum dipimpin oleh seorang wanita, maka bersiaplah akan datangnya bahaya. Menurut Gus Dur, perlu dilihat terlebih dahulu kondisi saat datangnya teks itu. Sebab sejarah mempunyai bekas yang mendalam, ada asbab al-wurud (kondisi saat Nabi Muhammad SAW bersabda, berbuat, dan menilai sesuatu).

Gus Dur menilai sabda Nabi mengenai larangan kepemimpinan perempuan, menemukan relevansinya. Sebab pada waktu itu pemimpin sifatnya perorangan (artinya, lebih banyak menentukan sendiri, tanpa ada bentuk perundang-undangan yang baku).

Tetapi sekarang lain, Gus Dur justru memandang kepemimpinan sudah diinstitusikan sedemikian rupa, sehingga tidak bertindak sendiri. Keputusannya tidak bisa bertentangan dengan undang-undang, sementara yang membuat undang-undang adalah mayoritas laki-laki.

Atas kondisi inilah reinterpretasi dari teks-teks suci menjadi penting. Perempuan selama memiliki kapabilitas dan integritas, melenggang di dunia politik bukanlah persoalan. Sebab, teks tidak hanya tercipta untuk perempuan saat Nabi hidup, namun juga untuk perempuan masa kini. *

*Moh. Wasik (santri Dar Al Falasifah Institut, pengurus LKBHI UIN KHAS Jember)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Tanggapan Pengamat Bisnis dan UMKM Soal Rencana Street Food Pemkab Jember
Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub.
Diduga Adanya Penyelewengan Dana Pokir, Aktivis Anti Korupsi Situbondo Desak KPK Turun
Driver Ojol Demo dengan Delapan Tuntutan, Pemkab Jember akan Segera Penuhi Tuntutan Lokal
Sedot Air Muara Sungai Tanpa Ijin, DPRD Tinjau Dua Tambak di Pantai Payangan Jember
Gelar Sosialisasi 4 Pilar, Gus Rivqy Ajak Warga Jaga Nilai Kebangsaan
Gus Khozin Soroti Catatan Hitam Proses Demokrasi di Jember dan Dorong Revisi UU Pemilu
Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ
Tag :

Baca Lainnya

Sabtu, 24 Mei 2025 - 12:11 WIB

Tanggapan Pengamat Bisnis dan UMKM Soal Rencana Street Food Pemkab Jember

Kamis, 22 Mei 2025 - 09:45 WIB

Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub.

Selasa, 20 Mei 2025 - 15:00 WIB

Driver Ojol Demo dengan Delapan Tuntutan, Pemkab Jember akan Segera Penuhi Tuntutan Lokal

Minggu, 18 Mei 2025 - 17:56 WIB

Sedot Air Muara Sungai Tanpa Ijin, DPRD Tinjau Dua Tambak di Pantai Payangan Jember

Sabtu, 17 Mei 2025 - 11:00 WIB

Gelar Sosialisasi 4 Pilar, Gus Rivqy Ajak Warga Jaga Nilai Kebangsaan

TERBARU

Educatia

KH. M. Nazaruddin Umar Sebut PMII Berada di Persimpangan

Sabtu, 24 Mei 2025 - 19:47 WIB

Bupati Jember Gus Fawait saat diwawancarai (Sumber foto: Sigit)

Politia

Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub.

Kamis, 22 Mei 2025 - 09:45 WIB