Frensia.id- Universitas Islam Negeri Kiai Haji Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember sukses menggelar Halaqoh Ilmiah bertajuk “Moderasi Beragama dalam Perspektif Islam Nusantara”. Acara yang berlangsung pada Senin (25/11) ini dihadiri berbagai tokoh penting, salah satunya Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Zulfa Mustofa.
Dalam penyampaiannya, KH. Zulfa banyak membahas pentingnya lokalitas dalam praktik beragama di Indonesia. Ia menyoroti berbagai karakteristik masyarakat Nusantara, termasuk suku Madura yang menurutnya memiliki keunikan tersendiri dalam beragama.
Secara terbuka, KH. Zulfa mengungkapkan kekagumannya pada filosofi hidup masyarakat Madura, khususnya dalam hal iman dan tawakal.
“Saya sangat kagum pada tawakalnya orang Madura,” ujar KH. Zulfa di hadapan peserta halaqoh.
Salah satu contoh yang diangkat adalah keberanian masyarakat Madura dalam urusan ekonomi. Menurutnya, hanya masyarakat Madura yang dengan penuh keyakinan berani berjualan bensin eceran di dekat stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), sebuah keputusan yang secara logis sulit diterima.
“Hanya orang Madura yang berani jual bensin eceran di dekat pom bensin,” tambahnya dengan nada kagum.
Ini menunjukkan keyakinan mereka pada takdir rezeki yang sudah ditentukan oleh Allah. Bagi orang Madura, lanjut KH. Zulfa, persoalan rezeki bukan hanya soal usaha, tetapi juga keyakinan mendalam pada Allah sebagai pemberi rezeki.
Mereka percaya bahwa sebagai hamba, tugas manusia adalah berusaha dengan maksimal dan menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah.
Keyakinan ini, menurut KH. Zulfa, bahkan selaras dengan prinsip Islam yang diajarkan oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ia mengutip ayat Al-Qur’an yang menjadi pegangan masyarakat Madura dalam mencari nafkah:
“Wa ma min dabbatin illa ‘alallahi rizquha” (tidak ada satu makhluk melata pun di bumi melainkan rezekinya dijamin oleh Allah), ujar KH Zulfa mendeteksi prinsip besar pengembangan bisnis orang-orang Madura.
Penjelasan demikian ternyatan membuat para hadirin yang hadir tertawa dan ada yang bertepuk tangan.
Acara halaqoh ini menjadi ajang refleksi penting bagi para peserta. Selain menambah wawasan tentang moderasi beragama, KH. Zulfa juga mengajak hadirin untuk belajar dari kearifan lokal, seperti yang dimiliki masyarakat Madura, yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan sehari-hari.
Halaqoh ini mendapatkan antusiasme besar dari para peserta, baik mahasiswa, dosen, maupun tokoh masyarakat yang hadir.
UIN KHAS Jember berharap kegiatan semacam ini dapat terus memperkaya diskursus keislaman berbasis kearifan lokal Nusantara.