Harga Biji Robusta Naik 100%, Kedai Kopi Pilih Jalan Darurat

Kedai Kopi Choirul Anam
Gambar Harga Biji Robusta Naik 100%, Kedai Kopi Pilih Jalan Darurat (Sumber: Choirul Anam's Caffe)

Frensia.id- Harga biji kopi robusta pasca lebaran meroket naik. Tak tanggung-tanggung harganya melonjak hingga 100% jika dihitung dari tiga tahun sebelumnya. Tentu hal ini perlu disiasati oleh para pemilik cafe atau kedai kopi, agar harga segeles kopinya tetap sesuia dengan kantong konsumen.

Choirul Anam, seorang pengusaha kedai kopi asal Jember, menghitung lonjakan harga biji kopi yang dirasa sangat cepat. Menurutya, setiap tahun  nyaris ada lonjakan. Tiga tahun terakhir, jika dipersentasekan telah sampai diangka 100%.

Tiga tahun naik 100 %, Sekilo berkisar 60.000 pada sekitar tahun 2022. Tahun berikutnya naik menjadi diangka 80.000 hingga 100.000an. Sekarang 120.000,” jelasnya 07/05/2024.

Bacaan Lainnya

Sebenarya ia merasa kebingungan pada kenaikan harga yang demikian. Berkali-kali ia harus memutar otak untuk terus menyajikan kopi yang baik harga dan rasanya pada konsumen.

Ia berbagi cerita dengan Frensia.id. Awal buka kedai ”Forest” (Nama kedainya, yang terletak di depan UIN Kiai Haji Ahmad Shiddiq Jember), ia patok harga 6.000 untuk secangkir kopi.

Dulu saat harga jenis biji kopi fine robusta masih 60.000. Saya jual percup seharga 6.000 rupiah. Namun pada tahun 2023, saat harganya naik berkiasar di harga 80.000 hingga 10.000, Akhirnya saya memutuskan untuk naikkan harga untuk pelanggan. Percangkirnya, saya patok 7.000. Tahun ini, malah naik lagi, Fine robusta sudah diharga di atas 100.000. Yang saya harganya, 120.000. saat ini saya jual 8.000 percangkir”, tambahnya menceritakan beberapa strategi yang pernah diambil sebelumnya.

Baginya, kondisi demikian membuat kedai kopi harus memilih jalan darurat, jika harganya terus naik. Setidaknya, kenaikan harga biji robusta dapat mengorbankan dua hal yang harusnya dijaga oleh para pengusaha kedai kopi.

Kedua hal yang dimaksud adalah rasa dan harga yang sesuai dengan konsumen. Ia berupaya menyajikan rasa kopi terenak. Sekaligus, juga harus menjamin harga yang ditetapkan sesuai dengan pendapatan atau kontong pelanggan.

Agar konsumen betah, rasa harus dari biji kopi terbaik. Makanya saya beli jenis fine robusta. Namun saat fine robusta harganya melonjak, kami bingung. Sebab, jika harga tidak sesuai dengan kantong pelanggan. Pasar kita akan sepi. Pelanggan akan pergi” unggkap Anam khawatir.

Makanya, walaupun harga biji kopi telah naik sebanyak 100% sejak tiga tahun terekhir, ia masih terhitung menaikkan di angka 33,3 % saja percangkir selama penyesuaian. Hal tersebut tentu melemahkan keuntungannya.

tapi ya mau gimana lagi, ini jalan darurat. Dari pada mengorbankan pelanggan. Namun ya itu, kalau harga biji robusta terus tak terkendali. Ya terpaksa, kami juga mencoba menguragi rasa kopi yang disajikan. Bisa saja berganti jenis biji kopi lain dari fine menjadi yang asal-asalan. Atau memutar otak lagi, untuk mencari agen biji fine robusta yang harganya miring”, tegasnya pada crew Frensia.id. (“)