Frensia.id- Harga pisang terus meroket. Kenaikannya mengikuti harga sembako yang sejak beberapa bulan terakhir mengalami kenaikan.
Dalam pantauan Frensia harga pisang naik sejak memasuki bulan kemarau. Dibanding jam harganya naik dua kali lipat.
Kenaikan harga pisang yang terjadi belakangan ini banyak dipengaruhi oleh melonjaknya harga sembako. Kondisi ini membuat banyak konsumen merasa terbebani karena kenaikan harga pisang cukup drastis dalam waktu singkat.
Bagi sebagian besar konsumen, hal ini mempengaruhi daya beli mereka. Namun, tidak semua pihak merasakan dampak negatif dari kenaikan ini.
Justru pengepul pisang melihat peningkatan permintaan yang signifikan, baik dari perusahaan besar maupun masyarakat umum. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan pisang di pasaran, yang membuat komoditas ini semakin dicari.
Memasuki bulan Juni, harga pisang mulai mengalami kenaikan yang cukup tajam. Harga pisang minimal saat itu mencapai Rp20.000 per kilogram, dengan kenaikan maksimal hingga Rp23.000 per kilogram.
Namun, pada bulan Agustus, harga mulai sedikit terkoreksi dan turun menjadi Rp22.500. Harga ini bervariasi tergantung pada jenis pisang yang ada di pasaran. Misalnya, pisang Ambon lokal saat ini dijual dengan harga Rp28.500 per kilogram.
Meskipun harga mengalami fluktuasi, tren secara umum menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan. Hal ini menggambarkan bahwa permintaan terhadap pisang terus meningkat, sementara hasil panen yang tersedia masih terbatas.
Kondisi tersebut membawa keuntungan bagi pengepul pisang. Mereka menerima pesanan dalam jumlah besar dari berbagai pihak, baik dari kalangan perusahaan maupun konsumen rumah tangga. Pengepul seperti Rudianto, seorang pemuda asal Desa Sumber Anyar Mlandingan, Situbondo, merasakan dampak positif dari kondisi ini. Setiap minggu, ia mampu menjual pisang dalam jumlah besar, dengan penghasilan yang terus meningkat.
Dalam seminggu, omsetnya bisa mencapai jutaan rupiah berkat tingginya permintaan di pasaran. Meskipun harga sembako lainnya naik, hal tersebut tidak mempengaruhi bisnis pisangnya secara signifikan. Justru, kenaikan harga pisang memberikan keuntungan tambahan bagi pengepul seperti Rudianto.
“Alhamdulillah, meskipun harga pisang naik, saya dapat menhumpulkan lebih banyak pisang dan keuntungan meningkat ka,” ungkapnya.
Menurutnya, permintaan pisang tetap stabil bahkan cenderung meningkat, seiring dengan langkanya pasokan di pasar. Rudianto berharap situasi ini terus berlanjut agar bisnisnya tetap tumbuh.
Dengan permintaan yang tinggi dan keuntungan yang stabil, ia merasa usahanya berada di jalur yang tepat. Ia juga melihat potensi pasar yang masih terbuka lebar, terutama jika pasokan pisang bisa lebih diperkuat di masa mendatang.
Situasi ini menggambarkan bagaimana pengepul pisang mampu meraih keuntungan meski pasar tengah mengalami fluktuasi. Langkanya pasokan pisang di pasar menjadi peluang bagi pengepul untuk memanfaatkan tingginya permintaan.