Frensia.id– Ikan gabus sebenarnya merupakan pemangsa. Ia ditakuti oleh semua jenis ikan tawar. Hebatnya, daging ikan gabus dapat melawan ganasnya penyakit diabetes.
Diberi nama bagus, karena dagingnya tebal dan berwarna putih. Tulangnya juga halus, sehingga benar-benar mirip gabus.
Habitat ikan ini ada di air tawar. Jadi ada di rawa, sawah, sungai hingga danau.
Yang dimakan cukup bervarian. Sebagai predator, ia memangsa ikan-ikan kecil, serangga, berudu, bahkan jugan jenis serangga seperti jangkrik dan belalang.
Walaupun jenis predator, ternyata ikan gabus bisa dikonsumsi, bahkan menyehatkan. Tidak heran, jika nilai ekonominya juga tinggi.
Masyarakat kalimantan dan Sumatra misalnya, serung mengkonsumsinya. Bahkan menjualnya dengan harga yang kadang cukup mahal.
Tampaknya, memang layak ikan Gabus, dihargai mahal. Sebab, memang manfaatnya luar biasa bagi kesehatan.
Ada yang menyebut dagingnya, kaya Albumin. Albumin sendiri adalah protein esensial bagi tubuh manusia.
Setiap hari, tubuh memerlukan albumin, terutama untuk membantu proses penyembuhan luka. Banyak pakar yang telah menunjukkan bahwa mengonsumsi daging ikan gabus atau ekstrak proteinnya dapat meningkatkan kadar albumin dalam darah.
Peningkatan kadar albumin ini dapat mempercepat penyembuhan berbagai penyakit dan luka.
Salah satunya dibuktikan dalam riset akademisi Universitas Pertanian Bogor. Mereka adalah Cindytia Prastari, Sedarnawati Yasni dan Mala Nurilmala.
Penelitian yang berjudul “characterization of snakehead fish protein that’s potential as antihyperglikemik“. Telah terbit dalam bentuk jurnal pada Jurnal Pengelolaan Hasil Perikanan Indonesia pada tahun 2017 Silam.
Mereka melakukan analisis dengan metode varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji rentang ganda Duncan (DMRT) dengan tingkat signifikansi 5% (α = 5%).
Hasilnya membuktikan bahwa hidrolisat memiliki kandungan protein yang lebih tinggi. Angkanya sampai mencapai 90,43%, dibandingkan dengan isolat fermentasi dan non-fermentasi yang masing-masing sebesar 84,43% dan 78,69%.
Pada konsentrasi 10.000 ppm, aktivitas inhibisi tertinggi ditunjukkan oleh hidrolisat dengan nilai 74%. Adapun isolat fermentasi dan non-fermentasinya, masing-masing hanya mampu menginhibisi sebesar 59% dan 56%.
Sebagaimana diketahui bersama, bahwa hidrolisat juga mengandung asam amino. Kandungan ini dianggap lebih banyak dibandingkan dengan isolat fermentasi dan non-fermentasi.
Nilai yang ada pada daging ikan Gabus mencapai sebesar 51,15%, 44,34%, dan 32,00% berat per berat (w/w). Bahkan juga ditemukan bahwa Hidrolisat memiliki berat molekul terendah, kurang dari 10 kDa, sama seperti isolat fermentasi dan non-fermentasi yang juga di bawah 10 kDa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa hidrolisat yang dihasilkan dari hidrolisis menggunakan enzim bromelin kasar, secara efektif mampu memecah fraksi peptida dari protein ikan gabus. Proses ini meningkatkan kemampuan menghambat enzim α-glukosidase.
Akibatnya, hidrolisat menunjukkan potensi antihiperglikemik yang lebih unggul dibandingkan dengan isolat yang melalui proses fermentasi maupun yang tidak difermentasi.
Antihuperlikemik ini yang kemudian berfungsi sebagai pengurai gula dalam darah. Bahkan dapat meminimalisir atau memperlemahnya.