Jokowi Dianggap Oligarki Baru Yang Tak Lepas Dari Yang Lama

Rabu, 9 Oktober 2024 - 22:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Jokowi Dianggap Oligarki Baru Yang Tak Lepas Dari Yang Lama (Sumber: Grafis/Frensia)

Gambar Jokowi Dianggap Oligarki Baru Yang Tak Lepas Dari Yang Lama (Sumber: Grafis/Frensia)

Frensia.id- Peran oligarki dalam politik Indonesia menjadi perdebatan hangat, terutama terkait bagaimana mereka menggunakan media arus utama untuk mengontrol hasil pemilu.

Pada pemilihan presiden sebelumnya, pengaruh oligarki semakin tampak jelas ketika mereka memanfaatkan media untuk membentuk opini publik dan mendukung kandidat tertentu. Namun semua kalah dan ternyata nyatu dengan Joko Widodo (Jokowi).

Hal ini sebagaimana ditulis oleh Ross Tapsell. Risetnya telah terbit 2015 lalu.

Figur-figur kuat seperti Aburizal Bakrie, pemilik TVOne, dan Surya Paloh, pemilik MetroTV, menggunakan kekuasaan mereka untuk mengontrol narasi politik yang disampaikan ke masyarakat, mendukung agenda dan kepentingan mereka.

Salah satu contoh nyata adalah bagaimana media menciptakan fenomena Joko Widodo (Jokowi). Saat menjadi gubernur Jakarta, Jokowi sering muncul dalam pemberitaan berkat kegiatan blusukan-nya, yaitu kunjungan langsung ke masyarakat.

Media milik Bakrie dan Paloh memainkan peran penting dalam meningkatkan citranya sebagai pemimpin yang merakyat dan dekat dengan rakyat biasa. Liputan yang berulang-ulang ini mengangkat Jokowi menjadi sosok yang dikenal di seluruh negeri, memperkuat persepsinya sebagai “orang luar” dari lingkaran elite politik tradisional.

Baca Juga :  Prestasi Akademik menjadi Penilaian Utama, Ketua DPRD Jember Apresiasi Pelaksanaan SPMB SMA-SMKN 2025/2026

Namun, beberapa pihak berpendapat bahwa kebangkitan politik Jokowi juga didukung oleh jaringan oligarki yang ada. Mereka yang mendukung teori oligarki menyatakan bahwa Jokowi hanya dapat maju dalam pemilihan gubernur Jakarta berkat dukungan tokoh-tokoh besar seperti Megawati Sukarnoputri dan Prabowo Subianto.

Selain itu, aliansi Jokowi dengan oligarki lama seperti Jusuf Kalla, Surya Paloh, dan James Riady memperlihatkan betapa kuatnya pengaruh oligarki dalam politik Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah Jokowi benar-benar melawan oligarki atau justru menjadi bagian dari sistem oligarki yang baru.

Selama pemilu 2014, kendali media oleh oligarki semakin nyata. Media yang dimiliki oleh mereka secara jelas memihak pada kandidat tertentu dan mengendalikan pemberitaan selama masa kampanye.

Hal ini memunculkan pertanyaan lebih dalam mengenai apakah pemilu benar-benar mencerminkan demokrasi atau sekadar arena perebutan kekuasaan antar oligarki.

Baca Juga :  Jember Lakukan Evaluasi Menyeluruh Pasca Porprov ke-IX Jatim

Kendati Jokowi dipandang sebagai figur populis, kemenangan politiknya, bagi sebagian kalangan, hanyalah bukti bahwa wajah baru dalam politik Indonesia masih bergantung pada kekuatan oligarki lama.

Di sisi lain, meskipun media arus utama didominasi oleh oligarki, warga negara berhasil melawan pengaruh oligarki melalui platform media baru. Media sosial menjadi alat bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam diskursus politik dan menciptakan narasi alternatif. Platform seperti Twitter dan Facebook memungkinkan masyarakat menyuarakan pandangan mereka secara langsung tanpa harus bergantung pada media yang dikuasai oleh oligarki.

Kesuksesan Jokowi menunjukkan interaksi kompleks antara kekuatan oligarki dan kekuatan demokrasi baru di Indonesia.

Meskipun oligarki masih memegang kendali signifikan, munculnya media digital memberikan ruang bagi rakyat untuk melawan pengaruh tersebut. Namun, Jokowi tidak melawan oligarki namun bersatu dengan mereka.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Beda Pilihan Politik Disebut Khawarij? Begini Jawaban Gus Aab di Harlah Rijalul Ansor Jember
Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal
Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
PKB Jember Optimis Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah
Komisi C DPRD Jember Genjot Penyelesaian Jalur Gumitir Dipercepat
Komisi C DPRD Jember Pastikan Kesiapan Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
Jalur Gumitir Ditutup, Anggota DPRD Jatim: Dampaknya Tidak Seperti Sekarang Jika Pembangunan JLS Selesai
Wabup Mangkir Paripurna, Fraksi Nasdem: Harusnya Hadir Meski Tak Diundang
Tag :

Baca Lainnya

Selasa, 19 Agustus 2025 - 22:26 WIB

Beda Pilihan Politik Disebut Khawarij? Begini Jawaban Gus Aab di Harlah Rijalul Ansor Jember

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:20 WIB

Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal

Selasa, 19 Agustus 2025 - 13:52 WIB

Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 10:53 WIB

PKB Jember Optimis Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah

Jumat, 15 Agustus 2025 - 21:11 WIB

Komisi C DPRD Jember Genjot Penyelesaian Jalur Gumitir Dipercepat

TERBARU

Ilustrasi Bulan Safar

Educatia

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Rabu, 20 Agu 2025 - 06:14 WIB

(Sumber foto: Istimewa)

Regionalia

Kejari Jember Mulai Periksa Bidik Tersangka Kasus Sosperda

Selasa, 19 Agu 2025 - 21:33 WIB