Jokowi Lantik Dosen Ahli Serangga IPB Sebagai Kepala Badan Gizi Nasional, Berikut Penelitian Mutakhirnya!

Tuesday, 20 August 2024 - 20:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Jokowi Lantik Dosen Ahli Seangga IPB Sebagai Kepala Badan Gizi Nasional (Gambar: setneg.go.id, Antara, faiq's Image)

Gambar Jokowi Lantik Dosen Ahli Seangga IPB Sebagai Kepala Badan Gizi Nasional (Gambar: setneg.go.id, Antara, faiq's Image)

Frensia.id – Presiden Joko Widodo membentuk Badan Gizi Nasional untuk memenuhi konsumsi gizi yang aman bagi masyarakat.

Jokowi secara resmi melantik dosen dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dadan Hindayana sebagai kepala badan ini, usai usai pelantikan menteri dan wakil menteri Kabinet Indonesia Maju sisa masa jabatan periode 2019-2024, pada Senin, 19 Agustus 2024.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) Republik Indonesia Dadan Hindayana diangkat sebagai Kepala Badan Gizi Nasional berdasarkan Keppres RI Nomor 94/P Tahun 2024.

Lantas bagaimanakah kiprahnya pada perkembangan gizi nasional?

Berdasarkan penelusuran frensia.id di Google Cendekia, berikut penelitian yang penting untuk diketahui dalam perkembangan pertanian sebagai salah satu sumber utama perbaikan gizi nasional:

Bersama Hamdan Maruli Siregar dan  Swastiko Priyambodo, Dadan Hindayana  mengangkat judul penelitian, “Preferensi Serangan Tikus Sawah (Rattus argentiventer) terhadap Tanaman Padi” yang terbit pada jurnal Agrovigor, Maret 2020.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa preferensi serangan tikus sawah terhadap tanaman padi paling tinggi terjadi pada stadia awal generatif.

Baca Juga :  Bedah Buku Dibanjiri Ratusan Ummat Antar Agama, UIN KHAS Siapkan Rekomendasi Penguatan Moderasi Eco-Theology

Hal ini ditunjukkan dengan jumlah tangkapan tikus yang lebih banyak dan tingkat kerusakan tanaman padi yang lebih tinggi pada fase ini dibandingkan dengan stadia vegetatif dan akhir generatif.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa populasi tikus memiliki hubungan positif yang signifikan dengan intensitas kerusakan tanaman padi, di mana 94% dari intensitas kerusakan dapat dijelaskan oleh tingkat populasi tikus.

Meskipun penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang preferensi serangan tikus sawah, namun terdapat beberapa kekurangan yang perlu dikembangkan, diantaranya:

  1. Variasi Lokasi: Penelitian ini dilakukan di satu lokasi di Jawa Barat, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk daerah lain dengan kondisi ekosistem yang berbeda.
  2. Faktor Lingkungan: Penelitian tidak secara mendalam mengeksplorasi faktor-faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi kelimpahan populasi tikus, seperti perubahan iklim atau praktik pertanian yang berbeda.
  3. Metode Pengendalian: Penelitian ini tidak membahas secara rinci tentang metode pengendalian yang efektif untuk mengurangi serangan tikus, yang merupakan informasi penting bagi petani.
Baca Juga :  Gus Rivqy Instruksikan Panji Bangsa Proaktif Data Pesantren Rawan Bangunan

Akan tetapi, setidaknya penelitian tersebut dapat memberikan sumbangsih yang sangat penting bagi praktik pertanian dan pengelolaan hama, yaitu petani perlu memperhatikan waktu dan strategi pengendalian hama yang tepat, terutama pada stadia awal generatif tanaman padi, untuk meminimalkan kerugian akibat serangan tikus.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran petani tentang pentingnya memantau populasi tikus dan dampaknya terhadap hasil panen, serta untuk mengedukasi mereka tentang teknik pengendalian yang lebih efektif.

Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan populasi tikus dan untuk mengembangkan strategi pengendalian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku tikus sawah, tetapi juga membuka jalan untuk penelitian dan praktik yang lebih baik dalam pengelolaan hama di pertanian.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Purbaya Fenomenal! Sentimen Publik Kebijakannya Diteliti Akademisi Universitas Malikushaleh
Viral Warga Jember Lintasi Area Pemakaman dengan Sepeda Motor
IPM 2025: Situbondo Salip Jember, Torehan Prestasi di Bawah Kepemimpinan Mas Rio
Penjelasan Pertamina Soal Antrean Panjang Biosolar di SPBU Jember
Cita Rasa Khas Kopi Lereng Gunung Raung, Petani Jember Harap Perhatian Pemerintah
Kejari Tahan Tersangka Dugaan Korupsi Sosraperda yang Sempat Mangkir dari Panggilan
Menarik! Dialog Lintas Agama UIN KHAS Jember Rekomendasikan Pengembangan Listrik Tenaga Sampah
Bedah Buku Dibanjiri Ratusan Ummat Antar Agama, UIN KHAS Siapkan Rekomendasi Penguatan Moderasi Eco-Theology

Baca Lainnya

Sunday, 16 November 2025 - 23:55 WIB

Purbaya Fenomenal! Sentimen Publik Kebijakannya Diteliti Akademisi Universitas Malikushaleh

Sunday, 16 November 2025 - 23:05 WIB

Viral Warga Jember Lintasi Area Pemakaman dengan Sepeda Motor

Saturday, 8 November 2025 - 18:48 WIB

IPM 2025: Situbondo Salip Jember, Torehan Prestasi di Bawah Kepemimpinan Mas Rio

Friday, 7 November 2025 - 15:16 WIB

Penjelasan Pertamina Soal Antrean Panjang Biosolar di SPBU Jember

Friday, 7 November 2025 - 13:33 WIB

Cita Rasa Khas Kopi Lereng Gunung Raung, Petani Jember Harap Perhatian Pemerintah

TERBARU

Warga Jember lintasi area pemakaman. (Sumber foto: tangkapan layar)

Educatia

Viral Warga Jember Lintasi Area Pemakaman dengan Sepeda Motor

Sunday, 16 Nov 2025 - 23:05 WIB

Polisi saat mengamankan prean yang diduga buat onar. (Sumber foto: istimewa)

Criminalia

Polisi Jember Amankan Preman Gegara Buat Onar

Wednesday, 12 Nov 2025 - 14:59 WIB

Mohammad HarisTaufiqur Rahman, S.H., M.H.
(Akademisi Fakultas Hukum Universitas Bondowoso & Reviewers Jurnal Iqtishaduna UIN Alauddin Makasar)

Opinia

Menyemai Semangat Pahlawan di Tanah Tani Nusantara

Monday, 10 Nov 2025 - 14:38 WIB