Kalijompo Jember Rawan Banjir, Tahun 2022 Pernah Diteliti Akademisi FISIP UNEJ, Ada Kelemahan Deteksi Dini Bencana

Selasa, 10 Desember 2024 - 16:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Kalijompo Jember Rawan Banjir, Tahun 2022 Pernah Diteliti Akademisi FISIP UNEJ, Ada Kelemahan Deteksi Dini Bencana (Sumber: Grafis/Frensia)

Gambar Kalijompo Jember Rawan Banjir, Tahun 2022 Pernah Diteliti Akademisi FISIP UNEJ, Ada Kelemahan Deteksi Dini Bencana (Sumber: Grafis/Frensia)

Frensia.id – Daerah Aliran Sungai (DAS) Kalijompo di Jember menjadi sorotan setiap musim hujan. Kawasan ini kerap dilanda banjir yang mengancam kehidupan warga sekitar.

Meskipun sistem deteksi dini telah diterapkan, kajian akademis pada tahun 2022 menunjukkan masih adanya kelemahan yang perlu segera diatasi.

Tim peneliti dari Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember (UNEJ) menggali lebih dalam perihal sistem peringatan dini banjir di Kalijompo.

Dipimpin oleh Joko Mulyono, penelitian ini melibatkan Jati Arifiyanti, Elly Suhartini, dan Lukman Wijaya Baratha. Fokus penelitian mereka adalah mengkaji pola komunikasi dalam penyebaran informasi risiko banjir dengan harapan dapat memperkuat sistem peringatan dini.

Menggunakan model komunikasi Harold Laswell, penelitian ini menganalisis berbagai elemen penting: siapa yang menyampaikan pesan, apa isi pesan, media apa yang digunakan, siapa penerimanya, dan dampaknya. Tim ini menemukan bahwa sistem peringatan dini di DAS Kalijompo sebenarnya sudah memiliki dasar komunikasi yang baik.

Baca Juga :  Beda Pilihan Politik Disebut Khawarij? Begini Jawaban Gus Aab di Harlah Rijalul Ansor Jember

Informasi terkait ancaman banjir disampaikan oleh petugas pos pantau melalui media digital seperti ponsel pintar. Grup WhatsApp Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) Kalijompo menjadi kanal utama dalam komunikasi ini.

Petugas pos pantau di wilayah hulu mengirimkan laporan kepada pos di hilir, yang kemudian menyebarkan informasi tersebut kepada masyarakat. Proses ini berjalan secara timbal balik dan intensif saat curah hujan tinggi.

Relawan yang tergabung dalam F-PRB, yang tinggal di sepanjang DAS Kalijompo, menjadi ujung tombak sistem ini. Mereka menjalankan tugas dengan dedikasi tinggi, didorong oleh komitmen kemanusiaan.

Namun, penelitian UNEJ juga mengungkap kelemahan serius. Pos pantau yang ada bersifat sementara dan kurang dilengkapi infrastruktur memadai. Edukasi masyarakat tentang keberadaan dan fungsi pos pantau masih minim, sehingga informasi tidak tersampaikan secara merata.

Baca Juga :  Rektor UIN KHAS Baca Trilogi Ikrar Moderasi Beragama, Begini Isinya!

Selain itu, sebagian besar pos pantau tidak memiliki perangkat deteksi banjir yang memadai untuk mendukung pengambilan keputusan cepat.

Kelemahan ini membuat respons terhadap ancaman banjir berpotensi tidak optimal. Meskipun komunikasi antarpos berjalan cukup baik, keterbatasan infrastruktur dan kurangnya edukasi publik menjadi hambatan besar.

Namun, ada kabar baik. Pada 30 Mei 2022, Pemerintah Kabupaten Jember memasang alat early warning system (EWS) di aliran hulu sungai di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi.

EWS ini dirancang untuk mendeteksi kenaikan debit air sungai dan memberikan peringatan berupa sirine ketika ketinggian air melewati batas aman.

Keunggulan dari alat ini adalah penggunaan energi matahari sebagai sumber daya, menjadikannya solusi ramah lingkungan.

Hingga tulisan ini diterbitkan, belum ditemukan kepastian apakah alat yang dipasang cukup maksimal. Belum ada penelitian lebih lunjut tentang kelamahan terkini dari deteksi banjir di sungai Kalijompo.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah
Parodi Anak SD Manggul Ghulu’en: Cerita dan Asa Tembakau Madura
Kejari Jember Mulai Periksa Bidik Tersangka Kasus Sosperda
Harjabo 206: Jalanan Bondowoso Disulap Jadi Panggung Budaya Pelajar
Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal
Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia
Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi
Tag :

Baca Lainnya

Rabu, 20 Agustus 2025 - 06:14 WIB

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Rabu, 20 Agustus 2025 - 05:32 WIB

Parodi Anak SD Manggul Ghulu’en: Cerita dan Asa Tembakau Madura

Selasa, 19 Agustus 2025 - 21:33 WIB

Kejari Jember Mulai Periksa Bidik Tersangka Kasus Sosperda

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:20 WIB

Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:16 WIB

Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia

TERBARU

Ilustrasi Bulan Safar

Educatia

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Rabu, 20 Agu 2025 - 06:14 WIB

(Sumber foto: Istimewa)

Regionalia

Kejari Jember Mulai Periksa Bidik Tersangka Kasus Sosperda

Selasa, 19 Agu 2025 - 21:33 WIB