Frensia.id – Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah setidak-tidaknya memiliki banyak peranan dalam berbagai dimensi. Pertama manusia hahekatya mahluk sebagai hamba Allah.
Sebagai hamba Allah saw dan sebagai mahluk ciptaan-Nya manusia tanpa tawar harus tunduk dan patuh pada-Nya.
Kedua, manusia juga mahluk biologis (bilogical being). Manusia diklaster sebagai mahluk biologis karena ia memiliki raga yang bisa melakukan segala aktivitas fisik, ia tumbuh dan berkembang dan memerlukan makanan. Pada level ini hakikat manusia akan berakhir dan mengalami kematian.
Jika hanya berhenti pada level kedua ini, maka hakekat manusia tak ubahnya seperti binantang, mengkonsumi makanan, berkembangbiak, berhubungan seks dengan lawan jenis, bahkan memangsa lainnya untuk bertahan hidup dan pupus dalam kematian.Tuhan tentu saja tidak menciptakan manusia pada level ini saja.
KH. Cholil Nafis, Lc., Ph.D dalam Menyingkap Tabir Puasa Ramadhan menyebutkan gambaran manusia memiliki kebinatangan ini sebenarnya sudah diulas oleh Imam Al-Ghazali dalam kimia’ al-sa’adah.
Menurut ulama berjejuluk hujjatul islam tersebut manusia terdiri tiga sifat pertama sifat bahimiyah (kebinatangan). Binatang memiliki tugas hidup, makan, minum, tidur, berhubungan seks, bertengkar dengan sesamanya dan lain-lain
Tugas-tugas hidupnya terkait dengan unsur jasmaniah, fisikal, yang dibantu oleh daya insting-nya. Jika keseharian kita hanya mampu melakukan seperti sifat yang dimiliki oleh binatang, maka hidup ini persis seperti binatang. Tidak memiliki makna apapun kecuali hanya kesenangan material.
Sekali lagi Tuhan sedang tidak menciptakan kita manusia hanya sebatas itu. Sebagai hamba yang berburu kesenangan material an-sich. Bahkan jika tidak bisa dikendalikan sifat kebinatangan manusia ini lebih menakutkan dari binatang sendiri.
Sebuas-buasnya singa misalnya ia hanya memangsa seekor kijang saja untuk memenuhi perutnya. Namun manusia yang buas akan membunuh atau paling tidak memiskinkan ratusan orang dengan perilaku korupnya.
Sifat bahimiyah (kebinatangan) pada manusia seperti di gambarkan Imam al-Ghazali bukan buruk dan lantas dijauhi, Tidak. Namun sifat ini harus di kendalikan.
Piranti yang Allah swt sediakan bagi manusia untuk mengendalikan sifat bahimiyah (kebinatangan) ini adalah puasa Ramadhan.
Puasa (Ramadhan) yang dijalani manusia harus mampu mengendalikan tiga dasar kebutuhan hidup manusia; makan, minum dan hubungan seksual. Nafsu perut dan nafsu seksualitas merupakan tahapan pengendalian paling dasar puasa.