Frensia.id– Koalisi atau oposisi? Demikian wacana yang ramai setelah Prabowo-Gibran diumumkan secara sah terpilih. Publik ribut soal pihak koalisi atau oposisi. Namun menurut Hariz Azhar, sebenarnya tak ada pengaruhnya buat rakyat.
Baginya, opisisi sebenarnya bukan pilihan tapi konsekuensi. Semua wacana tentang hal tersebut sangat aneh.
“Diskusi ini atau wacana yang beredar soal bergabung atau harus ada yang oposisi, sebenarnya agak aneh“, ucapnya dalam video acara “Rakyat Bersuara” yang dibagikan SINDOnews 01/05/2024.
Menurutnya diskusi atau wacana tentang oposisi dan koalisasi tanpak hanya normatif. Padahal oposisi itu dampak, bukan dipertarungkan dan didiskusikan.
Jadi oposisi sebenarnya adalah dampak perbedaan visi dan ideologi. Bukan soal kepentingan atau bagi-bagi kursi.
Jika tidak demikian, ia mempertanyakan tanggung jawab partai pada masyarakat yang untuk berpihak memandang visi dan ideologi.
Haris menceritakan bahwa pernah pernah suatu saat ia ke Banyuwangi. Kala berkunjung ke desa Pakel, di bandara ia berjumpa dengan pendukung PDIP. Pernah ia juga bertemu pendukungnya Anies.
“Di Banyuwangi kita bertemu dengan pendukungnya PDIP, iya kan. Saya pernah juga bertemu pendukungnya Anies di daerah. Yang mereka tidak melengkapi dirinya untuk beimajinasi akan gabung atau apa. Mereka ideologis, mendukung Megawati, mendungkung Anies karena ada harapan di sana“, tuturnya menjabarkan.
Jadi mestinya berkoalisi itu karena konsep yang diyakini. Melihat wacana yang bertebaran saat ini, seperti gelar karpet merah atau tidak. Baginya itu tidak penting.
Bahkan saat ini, koalisi bukan karena visi dan ideologis. Lebih hanya karena bagi-bagi porsi kuasa.
Baginya salah satu sebenarnya menjadi faktor adalah sistem koalisi pemerintah saat ini adalah multi Partai.
“Dia menyumbang banyak praktek tindak korupsi,“ujarnya.
Sistem tersebut digambarkannya sebagai politik berbagi oleh elit-elit partai.
“Ada tiga nanti, kalau orang multi parat berkoalisi. Berbagi jabatan, berbagi sektor usaha dan berbagi penguasaan teritorial, di daerah ini siapa yang main? daerah ini saipa yang main? jangan lo masuk ke Maluku utara, lo masuk ke Sulawesi utara saja“, tegasnya.
Koalis menjadi tidak ideal lagi. Hanya bagi jabatan, bisnis dan garapan teritorial.
Hal demikiam yang membuat tidak ada hubunganya dengan kesejahtaraan, ideologi dan visi rakyat sendiri.
Rakyat seolah jadi konsumen. Sebab mereka tidak memahami bagi-bagi yang demikian itu. Tidak ada akses bagi rakyat.
Malah ia menyindir Babe Haikal yang menurutnya punyak hak istimewa karena dekat dengan Prabowo Subianto.
Dengan demikian, koalisi saat ini juga akan terputus dari kepentingan rakyat. Sebab mereka berjarak dengan elit koalisi tersebut.
“Perdebatan hari ini, si ini masuk, si itu gak masuk, buat rakyat gak ada pengaruhnya“, tuturnya menyimpulkan.