Menelusuri Jejak Sejarah Tahun Kabisat 29 Februari 2024: Perjalanan Panjang Kalender dan Astronomi

Kamis, 29 Februari 2024 - 05:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumber; Pixels

Sumber; Pixels

Frensia.id – Tahun Kabisat, sebuah fenomena yang terjadi setiap empat tahun sekali, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kalender Gregorian yang kita gunakan hari ini. Namun, apa sebenarnya yang menyebabkan keberadaan tahun kabisat, dan bagaimana sejarahnya melintasi berbagai peradaban dan perubahan dalam sistem waktu?

Perjalanan sejarah tahun kabisat dimulai jauh sebelum kalender Gregorian diperkenalkan pada abad ke-16 oleh Paus Gregorius XIII. Di zaman kuno, peradaban Mesir Kuno dan Bangsa Romawi telah mengembangkan sistem kalender mereka sendiri, yang pada dasarnya berfokus pada siklus bulan dan musim. Namun, mereka juga menyadari perlunya penyesuaian terhadap pergerakan Bumi di sekitar Matahari.

Konsep tahun kabisat pertama kali dikemukakan oleh Julius Caesar pada abad ke-1 SM. Dalam reformasi kalendernya, Caesar memperkenalkan kalender Julian yang memiliki aturan tahun kabisat yang hampir mirip dengan yang kita kenal hari ini. Dalam kalender Julian, setiap empat tahun dianggap sebagai tahun kabisat, menambahkan satu hari ekstra pada bulan Februari.

Baca Juga :  Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955

Namun, karena tahun kalender Julian sedikit terlalu panjang dibandingkan dengan tahun astronomi sebenarnya, pergeseran musim lambat laun terjadi. Akibatnya, pada abad ke-16, Paus Gregorius XIII memerintahkan reformasi kalender untuk mengatasi masalah ini. Hasilnya adalah pengenalan kalender Gregorian yang masih digunakan hingga saat ini.

Dalam kalender Gregorian, tahun kabisat diatur dengan aturan yang sedikit lebih kompleks. Tahun yang habis dibagi 4 adalah tahun kabisat, kecuali jika tahun tersebut juga habis dibagi 100. Namun, jika tahun tersebut habis dibagi 400, maka tetap dianggap sebagai tahun kabisat. Misalnya, tahun 2000 adalah tahun kabisat karena habis dibagi 400, tetapi tahun 1900 bukan tahun kabisat karena tidak habis dibagi 400.

Baca Juga :  Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer, Safari Kelam Bangsa Indonesia

Sejak saat itu, aturan tahun kabisat telah menjadi standar dalam kalender Gregorian, memastikan bahwa kalender kita tetap selaras dengan pergerakan Bumi di sekitar Matahari. Meskipun sistem kalender telah mengalami berbagai reformasi dan modifikasi sepanjang sejarah, tahun kabisat tetap menjadi salah satu fitur yang paling menonjol dan menarik untuk diselidiki dalam kaitannya dengan astronomi dan sistem waktu manusia.

Dengan menelusuri jejak sejarah tahun kabisat, kita dapat memahami betapa pentingnya pemahaman tentang astronomi dan pergerakan alam semesta dalam pengembangan sistem waktu yang kita gunakan hari ini. Ini juga mengingatkan kita akan kompleksitas dan keunikan cara kita mengukur waktu, yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan pemikiran manusia. (*)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955
Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata
Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia
Diteliti, Waly Al-Khalidy Berperan Besar dalam Desain Otoritas Agama di Aceh
Cerita Alexander The Great kepada Aristoteles tentang Penjelajahannya di India
Penelitian Unik, Temukan Jenis Kentut yang Dapat Hangatkan Bumi
Kakek Prabowo Disebut Akan Diajukan Sebagai Pahlawan Nasional, Berikut Rekam Sejarah Perannya
Durasi Belanda Menjajah Indonesia: Sujiwo Tejo dan KH Abdul Mun’im Dz Beda, Siapa yang Benar?

Baca Lainnya

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:02 WIB

Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955

Minggu, 16 Februari 2025 - 11:31 WIB

Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata

Minggu, 16 Februari 2025 - 05:07 WIB

Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 04:42 WIB

Diteliti, Waly Al-Khalidy Berperan Besar dalam Desain Otoritas Agama di Aceh

Sabtu, 15 Februari 2025 - 21:37 WIB

Cerita Alexander The Great kepada Aristoteles tentang Penjelajahannya di India

TERBARU

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB