Frensia.id- Wakil Bupati Jember, Dr.H.Djoko Susanto, SH, MH mengafirmasi puisi yang dibaca oleh Suryadi, Banser Ranting Paleran, pada acara Renungan Malam Hari Santri Nasional yang digelar oleh PAC GP Ansor Umbulsari pada Selasa (21/10/25).
Puisi yang dimaksud adalah karya KH A.Mustofa Bisri atau yang lebih akrab dipanggil Gus Mus, berjudul Lirboyo, Kaifa Hal. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Bupati Jember sebelum memulai pidatonya.
Sebelumnya seperti telah diketahui, pesantren Lirboyo sempat menjadi topik pemberitaan setelah para santri dari berbagai pelosok menuntut pihak Trans7, dikarenakan membuat framing yang salah terhadap pesantren.
Suryadi yang merupakan Kepala Satuan Kordinasi Kelompok (Kasatkorkel) Banser Ranting Paleran dengan kemampuannya menyihir seluruh tamu undangan lewat caranya mendeklamasikan syair karya pengasuh PP Raudlatul Thalibin, Rembang Jawa Tengah mendapatkan sorak penuh semangat dari seluruh anggota Banser yang hadir.
Berikut larik-larik puisi karya Gus Mus yang dibacakan oleh Suryadi:
Lirboyo,
Masihkah tebu-tebu berderet manis melambai di sepanjang jalan menyambut langkah gamang santri anyar menuju gerbangmu? Ataukah seperti di mana-mana pabrik-pabrik dan bangunan bangunan bergaya spanyolan yang angkuh dan genit menggantikannya?
Lirboyo,
Masikah mercusuar-mercuar petromak sepembuluh bambu setia menemani para santri barsaharul layali? Ataukah seperti di mana-mana neon-neon kebiruan yang berjaga kini seperti bola-bola lampu menggantikan teplok-teplok gothakan?
Lirboyo,
Masihkah shorof dan i’lal dihafal diserambi, dapur dan pematang? Dan senandung alfiah membuai merdu? Ataukah seperti di mana-mana santri lebih suka menghafal lagu-lagu dan alunan dangdut dari transistor modern masa kini?
Lirboyo,
Masihkah musyawarah pendalaman ilmu dan halaqoh-halaqoh menghidupkan malam-malam penuh ghirah dan himmah? Ataukah seperti di mana-mana diskusi-diskusi sarat ietilah tanpa kelanjutan dinilai lebih bergengsi dan bergaya?
Lirboyo,
Masihkah sari-sari pikiran al Ghazaly dikaji sore dan setiap saat dicontohkan dalam perilaku Bapak Kiai? Ataukah seperti di mana-mana penggalan-penggalan kata-kata mutiara dianggap lebih bermakna salam kaligrafi dan majalah-majalah?
Lirboyo,
masihkah santri-santri bersama-sama melakukan sholat setiap waktu dalm derajat ganjaranya yang berlipat da puluh tujuh? Ataukah seperti di mana-mana orang merasa tak punya waktu sibuk memburu saat-saat kesendirian untuk diri sendiri?
Lirboyo,
Masihkah Mbah Manab, Mbah Marzuqi, dan Mbah Mahrus memercikkan tsawab berkah dala, suksesi ilmu dan amaliyah? Ataukah di mana-mana mereka tidak punya arti apa-apa kecuali buat dikenang sesekali dalam upacara haul yang gegap gempita?
Lirboyo,
Masihkah senggotmu tersa berat bagi penimbanya? Ataukah lebih beraat lagi?
Lirboyo,
Kaifa Hal? Bagaimana kabar Gus Idris, Gus War, Gus Imam, Gus Maksum?
Lirboyo,
Di mana-mana ada lirboyo
Di mana-mana ada Mbah Manab
Di mana-mana ada Mbah Marzuqi
Di mana-mana ada Mbah Mahrus
Dari senggotmu mereka menimba
Lirboyo,
Aku Rindu Kau…!!!
Pada kesempatan tersebut, Suryadi mendeklamasikan dua puisi. selain Lirboyo, Kaifa Hal karya Gus Mus dan Manaqib Tongkat Syaikhona Kholil Karya KH. D. Zawawi Imron.