Bullying: Kejahatan yang Serius

Rabu, 25 Desember 2024 - 21:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

korban bullying (Ilustrasi/prase)

korban bullying (Ilustrasi/prase)

Frensia.id- Bullying atau perundungan merupakan kasus serius yang tidak bisa disepelekan begitu saja. Hanya saja, seringkali tindakan ini dianggap serius dan perlu diperhatikan secara intens, setelah terjadi sebuah akibat yang menarik perhatian publik.

Secara sederhana istilah ini mempunyai arti sebagai segala sesuatu yang bersifat intimidatif. Menurut American Psychological Association, bullying berarti suatu tindakan agresif yang dilakukan dengan sengaja untuk melukai atau ketidaknyamanan orang lain.

Sekalipun tindakan yang dilakukan tertuju pada fisik, akan tetapi luka yang mengenai terjadi pada kejiwaan seseorang. Dari sinilah perundungan merupakan sebuah tindakan kejahatan yang cukup serius akan tetapi cukup tersamarkan dalam simbol sosial.

Akibat yang terjadi bagi korban bullying pastinya adalah kerusakan mental yang terus berlanjut pada tindakan-tindakan yang tidak diinginkan, sampai pada puncaknya yaitu bunuh diri, dikarenakan sudah tidak kuat lagi menanggung rasa tertekan dalam hidup.

 Tetapi tidak seluruhnya orang korban perundungan tidak kuat lantas mengambil kesimpulan dalam hidup yang cukup pintas, beberapa diantaranya malah menjadikannya sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas hidup, sebagai lecutan yang memantik untuk semakin berharga.

Sebagaimana yang pernah dipaparkan dalam wiracarita Mahabharata, berangkat dari kisahnya Raja Angga Karna, seorang anak kusir kereta kerajaan.

Sebagai seorang kasta rendah, yakni sudra, Karna seringkali mendapatkan olok-olok berdasarkan status pekerjaan bapaknya, hingga pada akhirnya ia terpinggirkan dari para pangeran kerajaan.

Perundungan yang diterima dengan sebutan “anak kusir” memaksa dirinya untuk senantiasa mengasah dan menunjukkan kelebihannya.

Baca Juga :  Tabung Gas LPG 3 Kg, Antara Realita dan Filosofi di Kanvas Zukkk

Akan tetapi seluruh kemampuan yang dipelajari, bahkan melebihi kesaktian dari para putra mahkota tidak pernah mendapatkan pengakuan apapun. Bahkan setelah dirinya diangkat menjadi seorang raja di suatu daerah bernama Angga, berdasarkan legitimasi langsung dari putra mahkota Duryudana, sama sekali tidak merubah pandangan orang bahwa ia adalah seorang putra kusir.

Perlakuan-perlakuan demikian yang juga didukung oleh adanya sistem sosial memberikan luka batin yang cukup mendalam bagi Karna, hingga usianya dewasa.

Dalam mendapati situasi yang jelas-jelas sangat menyengasarakan tersebut, pernah suatu kali raja Angga ini mendapatkan sebuah petuah segar dari Sri Krisna.

Sebuah nasihat yang merupakan cara pandang untuk mengambil sikap proporsional menghadapi perundungan tanpa harus bersikap ceroboh yang justru menjadikan persoalan semakin rumit.

Kejadian tersebut merupakan pertemuan pertama antara Karna dan Sri Krisna, saat hendak berlangsungnya sayembara untuk memenangkan hati putri Drupadi, yang dihadiri oleh para pangeran dari berbagai kerajaan.

Percakapan pertama kali dimulai dengan mempersoalkan esensi dari kebenaran, Karna mempertanyakan bagaimana caranya untuk mengetahui kebenaran dan mendapatkan sebuah jawaban dari Krisna yang relevan dengan kondisi perundungan yang diterima oleh Karna selama ini.

“kebenaran menciptakan penghargaan raja Angga, kalau ada yang diremehkan dalam hidup seseorang, maka dia tidak akan menjalani hidup dengan benar”, jelas Krisna.

Ungkapan tersebut secara tidak langsung menohok kepada kondisi kehidupan Karna sendiri, yang mana selama ini ia senantiasa diremehkan, tanpa sedikitpun memperoleh penghargaan. Perundungan yang diterima oleh Karna berpotensi menjadikan dirinya menjalani hidup dengan tidak benar.

Baca Juga :  Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer, Safari Kelam Bangsa Indonesia

“dan dia yang tidak pernah mendapatkan apapun kecuali hinaan sejak lahir, apa yang harus dia lakukan Basudewa?”, tandas Karna.

“dia harus berjuang untuk dihargai tapi tanpa pernah menyingkirkan kebenaran, dia harus memperjuangkan kebenaran itu tanpa memiliki keinginan melebihi haknya sendiri”, ungkap Sri Krisna sebagai jawaban atas kondisi sosial yang mencederai kejiwaan Karna selama ini.

Dari cerita tersebut mengindikasikan bullying atau perundungan merupakan sesuatu kejahatan yang luar biasa, sekalipun dampak yang ditimbulkan tidak langsung kentara, akan tetapi bersifat massif dan terstruktur menggerogoti kejiwaan seseorang yang mana memungkinkan kepada si korban untuk menjalani hidup secara tidak benar.

Hidup yang tidak benar sebagaimana dimaksud sebagai akibat dari perundungan adalah bahwa tindakan intimidatif tersebut mendorong korban untuk melakukan dua kemungkinan, antara balas dendam dan putus asa dengan segala bentuknya.

Sangat sulit bagi seserorang yang menjadi korban bullying untuk berfokus mengembangkan jati diri dan passion yang dimiliki, ia justru akan bertolak dari rasa sakit yang diterima.

Oleh karena itu dari sinilah perundungan bisa dianggap sebagai sebuah akar dari kejahatan, karena mampu merubah orang baik menjadi jahat demi melampiaskan rasa sakitnya ataupun ia akan melakukan kejahatan bagi dirinya sendiri.  

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?
Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda
BBM Dikadali, Negara ke Mana?
Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi
Sebiji Beras, Sebait Shalawat
Cak Imin dan Revolusinya
Ekoliterasi dan Tafsir Hijau Quraish Shihab
Jatuhnya Nicolae Ceausescu, Pelajaran bagi Pemimpin Masa Kini

Baca Lainnya

Rabu, 12 Maret 2025 - 08:30 WIB

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Kamis, 27 Februari 2025 - 10:00 WIB

BBM Dikadali, Negara ke Mana?

Selasa, 25 Februari 2025 - 12:10 WIB

Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi

Selasa, 25 Februari 2025 - 06:01 WIB

Sebiji Beras, Sebait Shalawat

Sabtu, 22 Februari 2025 - 16:31 WIB

Cak Imin dan Revolusinya

TERBARU

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB