Frensia.id – Awal tahun 2025, duka berat bagi masyarakat Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. Banjir dan longsor yang melanda beberapa desa, termasuk Pakisan dan Sulek, meninggalkan dampak serius berupa matinya pasokan air bersih.
Rusaknya saluran air, membuat masyarakat di Dusun Legung, Desa Sulek, rusak parah, membuat warga di RT 3, 4, 8, 9, 11, dan 12 harus bertahan tanpa akses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ini memaksa warga menggunakan cara darurat, seperti menampung air hujan untuk minum dan memasak. Bahkan, saat hujan turun, ember, gentong, dan apa saja yang bisa digunakan menjadi alat darurat untuk menampung air. Tandon air yang biasanya menjadi andalan warga rusak berat dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk diperbaiki.
Menanggapi situasi ini, Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bondowoso bergerak cepat dengan menyalurkan donasi berupa air bersih dan beras. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu (1/1/2025) di Dusun Sumber Balen, Desa Pakisan.
Pasca turun memberikan donasi air bersih, Ketua LAZISNU PCNU Bondowoso, Andiono Putra, mengaku hatinya tersentuh melihat kondisi masyarakat terdampak.
“Warga benar-benar kesulitan. Untuk mandi, memasak, bahkan untuk sekadar minum, mereka harus mengandalkan air hujan atau mencari sumur bor yang jaraknya jauh,” ujarnya,02/01/2025.
Menurut Andiono, sebagian warga yang memiliki kendaraan pribadi masih bisa mengambil air dari desa-desa tetangga, meski jumlahnya terbatas. Namun, bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan, opsi ini hampir tidak mungkin dilakukan.
“Air sungai yang biasanya jernih kini keruh dan tidak layak digunakan. Kondisi ini sungguh memprihatinkan,” tambahnya.
Walaupun ada banyak warga yang memanfaatkan sumur bor yang ada di desa sekitar. Bagi Andiono, upaya tersebut masih menghadapi banyak kendala.
“Sumur bor yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga. Apalagi, distribusi airnya memerlukan transportasi yang tidak semua orang miliki,” jelas Andiono.
Ia juga menyoroti bahwa perbaikan tandon utama yang rusak akibat longsor diperkirakan membutuhkan waktu hingga tiga bulan, apalagi cuaca masih tidak menentu. Dengan musim hujan yang masih berlangsung, proses perbaikan mungkin akan memakan waktu lebih lama.
Untuk menjawab kebutuhan mendesak ini, LAZISNU Bondowoso mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah, organisasi masyarakat, dan pihak swasta, untuk bahu-membahu menyediakan air bersih bagi warga Tlogosari.
“Ini saatnya kita menunjukkan kepedulian. Jangan biarkan mereka menghadapi krisis ini sendirian,” serunya.
Andiono menegaskan bahwa LAZISNU Bondowoso berkomitmen untuk terus mendampingi warga hingga krisis air bersih ini teratasi. Ia juga mengimbau masyarakat luas untuk ikut berpartisipasi, baik dalam bentuk donasi air, dana, maupun dukungan logistik lainnya.
“Banjir dan longsor ini adalah ujian bagi kita semua, bukan hanya warga Tlogosari. Sakit, saudara kita adalah sakit kita semua,” tutupnya.
Dengan segala upaya yang sedang dilakukan, harapannya tidak hanya pada penyelesaian jangka pendek, tetapi juga pada solusi jangka panjang yang lebih tahan terhadap bencana.
Warga Tlogosari membutuhkan dukungan lebih dari sekadar air bersih; mereka membutuhkan perhatian dan aksi nyata untuk membangun kembali kehidupan yang lebih baik.