FRENSIA.ID – Dunia akademik pesantren kembali melahirkan pemikir baru yang menawarkan perspektif segar dalam memandang ekonomi keumatan. Moh. Mardi, tokoh muda yang menjabat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik Institut Agama Islam (IAI) Syaichona Mohammad Cholil Bangkalan, resmi menyandang gelar doktor.
Ia dinyatakan lulus dalam ujian terbuka Program Studi Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember pada Selasa,23/12. Kelulusan ini menjadi puncak dari penelitian mendalamnya selama hampir dua tahun yang membongkar sisi lain dari kekuatan ekonomi perempuan yang sering luput dari sorotan, yakni peran strategis “Nyai perempuan”.
Ditemui sehari setelah kelulusannya,24/12, Mardi menjelaskan bahwa narasi pergerakan perempuan di pesantren tidak bisa dipotret dengan kacamata feminisme Barat yang cenderung konfrontatif. Menurutnya, perempuan Nusantara memiliki DNA perjuangan yang khas, di mana kemajuan tidak harus ditempuh dengan membenturkan diri pada adat dan agama.
“Di Indonesia, perempuan yang berjuang tidak menghilangkan dan berhadap-hadapan dengan norma budaya dan agama. Cut Nyak Din, RA Kartini mereka melakukan perlawanan pada imperialisme tanpa menghilangkan keluhuran budaya lokal,” ungkapnya.
Semangat inilah yang ia temukan terejawantahkan kembali dalam figur Nyai Pesantren, yang mampu mendorong kemandirian ekonomi tanpa sedikitpun kehilangan pegangan pada norma religius.
Dalam temuan risetnya yang mendapat apresiasi dari para penguji, Mardi menguraikan sebuah konsep menarik yang ia anggap sebagai rasionalitas alternatif tindakan ekonomi Nyai pesantren. Ia menjelaskan secara rinci bagaimana para Nyai menggabungkan nilai luhur dengan strategi bisnis yang cerdas.
“Tindakan ekonomi Nyai pesantren didasarkan pada rasionalitas alternatif yang memadukan nilai dan instrumentalitas. Secara nilai, tindakan ini didorong oleh aspek afektif (empati, keibuan, dan kepedulian sosial) yang didukung oleh Kiai, serta aspek tradisional (kepatuhan pada norma pesantren seperti dhebuan dan posisi asriptif) yang memberikan legitimasi moral dan spiritual, mengubah otoritas menjadi ‘kapital moral-asriptif’,” jelas Mardi tentang temuan disertasinya.
Lebih jauh, Mardi membedah bagaimana fondasi teologis dan kultural membingkai pilihan ekonomi para Nyai sebagai bentuk ibadah dan tanggung jawab sosial. Ukuran kesuksesannya bukan semata saldo laba, melainkan kemaslahatan umat. Namun, di sisi lain, strategi yang diterapkan cukup profesional dan taktis.
“Di sisi instrumental, rasionalitas zweckrational Nyai terwujud melalui tiga poros strategis, yakni mengelola sumber tradisi, cabisan, menjadi modal produktif, mengembangkan human capital melalui pelatihan vokasional yang menjadikan pesantren inkubator UMKM, dan memanfaatkan jaringan sosial santri, alumni sebagai trust capital untuk sistem produksi-distribusi yang efisien, etis, dan berkelanjutan,” tambahnya.
Implikasi dari gerakan ekonomi nyai ini ternyata sangat luas. Mardi memaparkan bahwa dampaknya merembes dari sektor sosial hingga ekonomi makro.
“Tindakan Nyai memiliki dampak pada sektor sosial dan ekonomi. Pada sektor sosial, tindakan ekonomi yang dilakukan para Nyai telah mengubah paradigma lama tentang peran perempuan pesantren dari posisi domestik menjadi agen sosial aktif dan tetap dihormati”, urainya.
Tidak berhenti di situ, Mardi juga merinci dampak ekonomi yang terjadi di tiga level berbeda. Pada level mikro, individu Nyai dan keluarganya merasakan dampak langsung berupa status baru sebagai reng mandiri atau perempuan mandiri yang lebih percaya diri. Sementara pada level meso, tindakan ekonomi Nyai menciptakan lapangan kerja dan menjadi motor ekonomi komunal. Puncaknya, pada level makro, dampaknya terasa pada institusi pesantren itu sendiri.
“Hal ini menjamin keberlanjutan misi pendidikan dan dakwah pesantren sebagai pusat peradaban yang mandiri, produktif, dan berkeadilan sosial,” pungkas doktor baru jebolan UIN KHAS ini.
Sebagai tambahan informasi, Mardi berhasil mempertahankan disertasi dan argumen ilmiahnya di hadapan dewan penguji yang terdiri dari para guru besar dan akademisi. Sidang ini menghadirkan Prof. Dr. H. Mashudi, M.Pd., serta Prof. Dr. Ahmad Roziq, S.E., M.M. yang bertindak sebagai Penguji Utama. Bobot akademis sidang semakin terasa dengan kehadiran Rektor UIN KHAS Jember, Prof. Dr. H. Hepni, S.Ag., M.M., yang turut turun langsung sebagai penguji.
Selain itu, barisan penguji ahli lainnya, yakni Prof. Dr. Khamdan Rifa’I, S.E., M.Si., Dr. H. Abdul Rokhim, S.Ag., M.EI., dan Dr. Dyah Nawangsari, M.Ag., secara bergantian membedah kedalaman riset Mardi. Kesuksesan riset doktoral ini juga tidak lepas dari tangan dingin tim pembimbing yang juga bertindak sebagai penguji, yaitu Prof. Dr. Moch. Chotib, S.Ag., M.M. selaku Promotor dan Prof. Dr. Sri Lum’atus Sa’adah, S.Ag., M.HI. sebagai Co-Promotor.
Penulis : Mas Im







