Frensia.id- Semua pasti ingat di peringatan Hari Buruh 1 Mei 2019, ada demontrasi damai di Depan Kantor Pemerintah Jawa Barat. Aksi berakhir ricuh, diduga ada aktor anarko yang melakukan aksi vandalisme.
Kejadian tersebut tentu tanggung jawab pihak berwajib. Pemerintah berkewajiban untuk menyelesaikan aksi yang meresahkan dan mencederai hari buruh.
Sayangnya, aktor anarko tidak terdeteksi dan pemerintah dianggap gagal menyelesaikan hal tersebut. Salah yang menyatakan hal demikian adalah penelitian yang disusun oleh Talolo Muara.
Ia menulis riset berjudul “Ancaman Paham Anarko Sindikalis Dalam Perspektif Peperangan Pada Peringatan Hari Buruh 2019 Di Kota Bandung“. Temuannya terbit tahun 2022 pada Jurnal Peperangan Asimetris.
Menurutnya, aksi anarko masif karena kehadiran teknologi informasi memperluas ruang untuk penyebaran propaganda dan narasi anti-pemerintah. Hal tersebut pada gilirannya, memicu dukungan dari massa yang berpartisipasi dalam aksi tersebut.
Walaupun demikian, upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat tampaknya belum bisa dianggap cukup efektif dalam menanggulangi penetrasi kelompok anarko sindikalis. Mereka terlihat menggunakan taktik yang tidak lazim.
Riset yang dilakukankanya, bertujuan untuk mengkaji ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok anarko sindikalis dalam konteks peperangan asimetris. Ia juga berupaya menganalisis strategi yang diterapkan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menghadapinya.
Melalui metode kualitatif, ia mengumpulkan ada data dilakukan melalui beragam teknik, termasuk observasi terbuka dan tersamar, wawancara semi-terstruktur, serta analisis dokumen yang relevan.
Hasilnya, menegaskan bahwa kelompok anarko sindikalis menjadi ancaman asimetris yang menyebarluaskan sikap anti-pemerintah melalui media sosial, tindakan vandalisme, dan pengaruh budaya yang merambah ke kalangan generasi muda.
Baik aktor maupun pendukung gerakan ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang berseberangan dengan pemerintah. Sehingga, aktor anarko tidak hanya berasal dari kalangan buruh, tetapi juga dari pelajar, mahasiswa, dan masyarakat yang merasa lemah.
Strategi yang diadopsi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebenarnya telah menggunakan segala cara. Telah mengoptimalkan kerja-kerja deteksi intelijen, langkah pencegahan, penegakan hukum, dan kegiatan pemulihan.
Namun, kesimpulan dari temuan yang didapatkannya, ada sisi yang menunjukkan masih lemah. Strategi yang dilakukan masih belum mencapai tingkat keefektifan yang dituju.
Masalah yang dihadapi, gerakan anarko sindikalis terlihat dinamis, adaptif, dan bahkan mendapat dukungan yang sulit diprediksi.