Ironi, Ibn Rusyd Didapuk Sebagai Komentator Aristoteles Paling Otoritatif, tetapi Tidak Menguasai Bahasa Yunani

Senin, 7 Oktober 2024 - 21:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ironi Ibn Rusyd (Ilustrasi/Arif)

Ironi Ibn Rusyd (Ilustrasi/Arif)

Frensia.id- Ibn Rusyd dianggap sebagai seorang dari jajaran intelektual muslim yang paling otoritatif dalam memberikan komentar atas karya-karya Aristoteles khususnya.

Ironinya, sebagai seorang yang paling mumpuni ketika membahas ahli filsafat Yunani tersebut, ia justru tidak memahami bahasa sosok yang menjadi objek kajiannya.

Bagi seorang ahli tafsir, seyogyanya menguasai bahasa Arab. Bagi seorang orientalis, maka wajib baginya untuk menguasai bahasa negara yang menjadi jujukan penelitiannya.

Bagi seorang akademisi yang sedang meneliti sejarah revolusi Prancis, semisal, ia harus menguasai bahasa Prancis. Kualitas pengetahuan seseorang tentang suatu pemikiran akan menduduki tingkat tertinggi, jika didukung dengan penguasaan bahasa induk dari objek pemikiran tersebut berada.

Ketika Karl Marx berbicara tentang materialisme yang merujuk kepada Demokritos, ia sendiri menguasai benar bahasa Yunani. Sehingga catatan induk untuk mensuplai gagasan yang dibutuhkan didapatkan langsung dari literatur berbahasa asli dari sang pemikir.

Bukan berasal dari terjemahan-terjemahan bahasa lain. Hal ini berbeda dengan apa yag terjadi pada seorang filosof muslim tersohor, Ibn Rusyd. Ia memberi komentar kepada Aristoteles, tetapi tidak menguasai bahasa Yunani.

Baca Juga :  Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Ibn Rusyd adalah seorang filosof yang sangat mahir. Hidupnya dihabiskan hanya untuk belajar. Menurut cerita, sejak akalnya aktif, ia tidak pernah meninggalkan membaca dan berpikir kecuali ketika malam perkawinannya dan malam saat ayahnya meninggal.

Khalifah Abu Ya’qub Abu Muhammad Abdul Al-Mu’min begitu kagum terhadap pribadi cemerlangnya. Ketika pertama kali ia memasuki istana atas prakarsa dari gurunya, Ibn Thufail.

Tanpa harus ribet-ribet dengan bahasa Yunani, keahliannya memahami Aristoteles, menjadikannya memperoleh sebuah predikat the famous comentator of Aristotle. Diberikan oleh Dante Alagieri, pengarang buku divine comedy.

Atmosfer intelektual Cordoba sangat mendukungnya, atas inisiatif Abdurrahman Ad-Dakhil untuk mendatangkan para pakar fikih, filsafat, sastra dan ilmu-ilmu lainnya menyulap kota tersebut sebagai tandingan Baghdad dalam hal ilmu pengetahuan.

Penerjemahan besar-besaran yang berlangsung, sudah cukup bagi Ibn Rusyd untuk menguasai Aristoteles tanpa harus memahami bahasa induknya, Yunani.

Sebagai komentator, ia hampir membicarakan seluruh karya filosof agung tersebut, kecuali Politika, karena ia tidak mendapatkannya.

Baca Juga :  Sukses! Duta Griya Moderasi Beragama KUA Kaliwates Terbentuk, Rektor UIN KHAS Pimpin Baca Ikrar Trilogi

Komentarnya atas karya Aristoteles, terbagi dalam tiga kategori, pertama jami’, ulasan pendek, kedua talkhis, ulasan menengah dan ketiga, tafsir, ulasan panjang.

Tidak seluruh karya dari Aristoteles berbentuk ketiganya, tetapi salah satunya saja, kecuali fisika, metafisika, de anima, de caelo dan Analytica Posteriora. 

Suasana akademis yang sangat mendukung di Cordoba, mampu melampaui batasan otoritas dari mutu seorang cendekiawan, yang mana dalam konteks modern, seseorang yang tidak menguasai bahasa dari objek suatu pikiran terlahir, maka akan diragukan keabasahannya.

Selain persoalan tersebut, terdapat hal lain yang juga menjadikan ironi dalam perjalanan akademis Ibn Rusyd. Sebagai seorang dari barisan cerdik cendekia umat Islam, ia justru menjalani kehidupan intelektual yang berbeda daripada ulama’ lainnya.

Ketika para ulama pada umumnya sedang sibuk menafsirkan Al-Qur’an. Ibn Rusyd justru sibuk untuk menafsirkan Aristoteles.

Sekalipun demikian, ia juga sempat berkontribusi dalam memperkaya khazanah keislaman dengan mengarang buku perbandingan mazhab fiqh, Bidayat Al-Mujtahid wa Nihayat Al-Muqtashid.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah
Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia
Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi
WASPADA! Peneliti Ungkap “Satu Benda” Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember
Raih Penghargaan! KUA Kaliwates Terbaik Soal Engagement Media
Direktur Politeknik Negeri Jember Dukung Penuh Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
Kepala Dinsos P3AKB Bondowoso Tegaskan Perkawinan Anak Akar Kemiskinan Struktural
Rektor UIN KHAS Baca Trilogi Ikrar Moderasi Beragama, Begini Isinya!

Baca Lainnya

Rabu, 20 Agustus 2025 - 06:14 WIB

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:16 WIB

Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia

Selasa, 19 Agustus 2025 - 10:24 WIB

Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi

Senin, 18 Agustus 2025 - 16:49 WIB

WASPADA! Peneliti Ungkap “Satu Benda” Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember

Minggu, 17 Agustus 2025 - 12:18 WIB

Raih Penghargaan! KUA Kaliwates Terbaik Soal Engagement Media

TERBARU

Ilustrasi Bulan Safar

Educatia

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Rabu, 20 Agu 2025 - 06:14 WIB

(Sumber foto: Istimewa)

Regionalia

Kejari Jember Mulai Periksa Bidik Tersangka Kasus Sosperda

Selasa, 19 Agu 2025 - 21:33 WIB