Frensia.id – Hampir semua lembaga survei mengumumkan kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Probowo-Gibran. Analisis berterbangan diberbagai media baik politisi, pengamat, bahkan cendikiawan, salah satunya adalah Gus Ulil Absar Abdalla.
Kemenangan paslon Prabowo-Gibran ini menggugah Gus Ulil (sapaan akrab beliau) untuk menyampaikan analisisnya, hal ini sebagaimana tulisan opininya di rubrik opini kompas.
Adapun analisis Gus ulil perihal Prabowo-Gibran dalam pemilu tahun 2024 sebagai berikut:
Pertama, menurut Gus Ulil, penyebab kemenangan Prabowo-Gibran sebagian besar rakyat menginginkan pembangunan ala presiden Jokowi.
Meski kemenangan Prabowo disinyalir dan ternodai dengan begitu banyaknya pelanggaran etik hingga aturan seperti yang ditayangkan dalam film dokumenter Dirty Vote.
Namun menurut Gus Ulil, pelanggaran-pelanggaran itu memang benar ada, tetapi tidak bisa menyangkal fakta bahwa rakyat, dengan suara yang begitu besar, tetap menginginkan jalan pembangunan ala Jokowi.
Gus Ulil menambahkan, analisis yang ia sampaikan dan kemukakan mungkin politically incorrect atau tak populer dari pandangan para pakar lain saat ini. Kendati demikian, baik suka maupun tidak, popular wisdom rakyat harus didengarkan dengan sungguh-sungguh.
Kedua, narasi middle class atau kalangan terdidik secara umum yang menghendaki perubahan, hal ini dikuatkan dengan statetement kemunduran demokrasi. Adapun tanda-tanda kemunduran merutut Gus Ulil, memanglah terihat di mana-mana sejak Jokowi menjadi presiden.
Akan tetapi, kemenangan Prabowo menimbulkan pertanyaan, apakah narasi kemunduran demokrasi itu nyata menjadi keprihatinan rakyat luas?atau sebaliknya, kemunduran demokrasi hanya keprihatinan kalangan kelas menengah terdidik saja?
Gus Ulil menyakini bahwa demokrasi dan ihwal yang terkait dengannya, jangan-jangan saat ini bukan isu penting bagi rakyat pada umumnya. Jangan-jangan rakyat memiliki prioritas lain di luar isu kemunduran demokrasi.
Ketiga, menurut Gus ulil, dengan segala kemunduran yang dipertontonkan dan bisa dilihat tanda-tandanya, demokrasi di Indonesia tidak bisa dibunuh. Our democracy declines, yes, but not dies.
Demianlah analisis Gus Ulil dalam mengungkap kemenangan yang diperoleh Prabowo-Gibran pada pemilu kali ini. Kendati demikian, analisis Gus Ulil ini bukan membenarkan adanya praktek pelanggan-pelanggan dan kecurangan yang terjadi.