Pilkada dan Dosa di Balik Suara Kita

Kamis, 28 November 2024 - 19:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id- Saat rakyat menggunakan hak pilihnya, ada jutaan harapan yang dititipkan. Harapan calon yang dipilih akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan, kemakmuran, dan keamanan masyarakat. Namun, apa jadinya jika seseorang yang dipilih melakukan korupsi, merampas hak rakyat, atau bahkan mengambil keputusan yang memberi kesengsaraan? Pertanyaannya adalah: dosa mereka menjadi dosa pemilih juga?

Dalam agama, kuncinya terletak pada niat masing-masing pemilih. Pemilihan pemimpin yang dilakukan dengan niat yang tulus dan berdasarkan pertimbangan yang matang merupakan bagian kewajiban warga negara. Rakyat memilih mereka bukan karena uang atau iming-iming bualan janji, namun karena rakyat percaya mereka adalah pilihan terbaik. Kemudian, jika rakyat sudah memasang niat yang benar, apakah sudah cukup terbebas dari dosa saat pemimpin berkhianat?

Persoalannya, memilih pemimpin bukan sekedar soal niat. Pilkada atau pemilihan apapun bentuknya,  juga tentang tanggung jawab. Pemimpin yang dipilih oleh rakyat membawa mandat besar dari, dan kejahatan yang mereka lakukan tidak lepas dari legitimasi mereka. Ibarat kata, rakyat memberi sebelah pisau bagi pemimpin untuk memotong yang baik, namun sebaliknya digunakan membunuh. Apakah tangan yang memberi juga bertanggung jawab atas pisau yang menebas itu?

Baca Juga :  Friksi Bupati–Wabup: Potret Buram Tata Kelola Daerah Kita

Dalam atmosfer demokrasi yang sehat, hak memilih harusnya berjalan bersama dengan kewajiban mengawasi. Rakyat sebagai pemilih, ia adalah penentu, punya peran sebagai kontrol sosial, mengingatkan dan mengkritik pemimpin, jika dirasa melenceng. Suara rakyat tidak berhenti pada hari pencoblosan, seperti yang kerap terjadi di tanah air ini. Pasca memenuhi hajat politiknya, pemimpin dibiarkan tanpa kontrol serius, seolah seperti tukang stempel yang tidak mau tau setelahnya.

Disini dosa kolektif pemilih, membiarkan begitu saja pemimpin yang menyeleweng. Ali bin Abi Thalib mendiang pernah mengingatkan hal ini. Suburnya kezaliman bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang baik. Pengingat bagi rakyat, bahwa dosa kolektif bisa saja muncul ketika membiarkan penguasa zalim bertindak tanpa perlawanan. Kejahatan pemimpin, tanpa kritik dan peringatan, menjadi bagian dari tanggung jawab pemilih.

Seperti yang dikutip dari NU Online, dalam sebuah artikel disebutkan bahwa memilih pemimpin yang buruk berarti memberi legitimasi pada kejahatan yang mereka lakukan. Sehingga dosa pemimpin yang zalim bisa menjadi dosa kolektif bagi mereka yang tidak berusaha memilih pemimpin yang memenuhi kriteria keadilan dan kebaikan.

Baca Juga :  Ketua Umum DKP Panji Bangsa Kecam Keras Trans7: Bela Kiai, Santri dan Martabat Pesantren

Namun demkina, tanggajawan pemilih tak dapat dihindarkan dari konteks sistem politik. Dalam sistem yang korup, bahkan pemimpin yang baik tak jarang terseret arus kejahatan. Apakah ini menjadi dosa pemilih. ? ataukah ini dosa sistemik yang membuat pemimpin sulit menghindarinya? Pada konteks ini, tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemilih, sebab pilihan rakyat sering kali dibatasi oleh situasi sistemik yang tidak ideal.

Memilih merupakan tindakan politik sekaligus tindakan moral moral. Pemimpin pilihan rakyat adalah cerminan dari rakyat itu sendiri. Jika pemimpin berbuat salah, menyalahgunakan jabatan, membuat keputusan tidak adil, rakyat patut bertanya, apa yang salah dalam cara memilih pemimpin, atau rakyat larut mendiamkan demikian? Sebab, dosa mereka bisa saja bukan karena akibat dari kehendak merek sendiri, tidak pula sistem yang kacau, tetapi juga dari kelalaian rakyat sebagai  pemilih.

Hari ini, rakyat sudah memilih, siapapun yang terpilih, rakyat masih punya tanggung jawab untuk terus mengawasi, mengontrol dan mengkritik mereka. Rakyatlah yang paling pantas menagih janji pemimpin terpilih. Jangan sampai dosa mereka mengalir kepada rakyat, karena mendiamkan kejahatan mereka. 

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Santri Jember Geruduk Transmart, Tuntut Trans7 Minta Maaf 7 Hari Berturut-turut di Medianya Sendiri
Ketua Perbasi Jatim Sumbang Ring Basket ke Ponpes di Sidoarjo
Ketua Umum DKP Panji Bangsa Kecam Keras Trans7: Bela Kiai, Santri dan Martabat Pesantren
Gus Rivqy Instruksikan Panji Bangsa Proaktif Data Pesantren Rawan Bangunan
Inventarisir Masalah Daerah, PKB Jember Serap Aspirasi dengan Tokoh Masyarakat
Ketua DPRD Jember Sebut Pemda Dituntut Kreatif Hadapi Pemangkasan Transfer Dana Pusat
Gus Rivqy Intruksikan Pasukan Panji Bangsa Bergerak Cepat Bantu Korban Pondok Roboh Sidoarjo
Terlibat Skandal! PBNU Gagal Jaga Marwah Jam’iyyah, Saatnya Lengser
Tag :

Baca Lainnya

Kamis, 16 Oktober 2025 - 13:03 WIB

Santri Jember Geruduk Transmart, Tuntut Trans7 Minta Maaf 7 Hari Berturut-turut di Medianya Sendiri

Rabu, 15 Oktober 2025 - 17:37 WIB

Ketua Perbasi Jatim Sumbang Ring Basket ke Ponpes di Sidoarjo

Selasa, 14 Oktober 2025 - 13:09 WIB

Ketua Umum DKP Panji Bangsa Kecam Keras Trans7: Bela Kiai, Santri dan Martabat Pesantren

Kamis, 9 Oktober 2025 - 23:16 WIB

Gus Rivqy Instruksikan Panji Bangsa Proaktif Data Pesantren Rawan Bangunan

Kamis, 9 Oktober 2025 - 16:49 WIB

Inventarisir Masalah Daerah, PKB Jember Serap Aspirasi dengan Tokoh Masyarakat

TERBARU

Ketua Perbasi Jatim saat foto  bersama di Ponpes Manba'ul Hikam Sidoarjo (Sumber foto: istimewa)

Regionalia

Ketua Perbasi Jatim Sumbang Ring Basket ke Ponpes di Sidoarjo

Rabu, 15 Okt 2025 - 17:37 WIB