Frensia.id- Tradisi haji di Indonesia saat ini tidak hanya jadi ritual tahunan keagamaan. Beberapa peneliti melihatnya juga sebagai perburuan kelas ekonomi dan trah sosial.
Salah satunya adalah penelitian “Struggle For Identity and Social Image of Haji: Study on Life History of Social Construction of Haji in Sasak Community, Lombok, NTB”. Penulisnya bernama Moh Soehadha, seorang akademisi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Risetnya ini disusun pada tahun 2017 ini meneliti tentang tradisi keagamaan yang ternyata, dapat melahirkan konstruksi sosial. Rincian pembahasannya telah terbit dalam jurnal Esensia.
Menurut Soehadha, haji menjadi magnet yang menarik cita-cita, ambisi, dan fokus hidup banyak individu Muslim, utamanya du Sasak, Tanah Merah, Lombok. Gelar haji menjadi simbol identitas ideal dengan citra positif yang sangat dihormati oleh masyarakat.
Dalam pandangannya, mereka yang telah menjalankan ibadah haji sering disebut sebagai ‘tuan haji’. Dari sudut pandang sosiologis, ada perjuangan identitas dan upaya membangun citra diri para ‘tuan haji’.
Hal demikian memberikan wawasan tentang hubungan dan perbedaan antara doktrin agama sebagai model for reality dalam ajaran Islam dan praktek sosial.
Fenomena tersebut berupa dianalisis secara sosiologis oleh Soehadha. Ada dua konsep teoritis utama yang dipakainya yakni konsep identitas sosial dan citra dari Pierre Bourdieu melalui konsep habitus, dan konsep citra diri menurut Jean Baudrillard.
Setelah dilakukan yang mendalam, Ia akhirnya menyimpulkan bahwa dalam Islam terdapat ajaran yang menumbuhkan etos ekonomi para penganutnya, salah satunya tercermin dalam kewajiban haji.
Etos tersebut kemudian bertemu dengan tradisi dan budaya keagamaan lokal. Pertemuan demikian yang dianggap telah memperkuat semangat masyarakat untuk meraih akses modal sosial.
Kenyataan itu yang menurutnya mengindikasikan bahwa kolaborasi antara ajaran agama dan nilai budaya lokal telah menjadi kekuatan penting dalam perkembangan suatu agama salam membentu stratidikasi sosial.
Agama, bersama dengan tradisi lokal, telah memberikan landasan gairah ummat Muslim untuk mencapai prestise dan status sosial dalam konteks sosial masyarakat yang ditelitinya.
Dengan kata lain, dalam pandangan Soehadha, haji akhirnya tidak hanya dipandang sebagai kewajiban religius, tetapi juga sebagai jalan untuk meningkatkan posisi sosial dan ekonomi. Hal demikian terjadi karena sinergi antara ajaran agama dan nilai-nilai budaya lokal di daerah yang ditelitinyam