Isi Cerpen Di Indonesia, Banyak Memakai Mitos Kecantikan Dan Tubuh Perempuan

Jumat, 4 Oktober 2024 - 15:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Isi Cerpen Di Indonesia, Banyak Memakai Mitos Kecantikan Dan Tubuh Perempuan (Sumber: Canva)

Gambar Isi Cerpen Di Indonesia, Banyak Memakai Mitos Kecantikan Dan Tubuh Perempuan (Sumber: Canva)

Frensia.id- Isi cerita pendek di Indonesia banyak memakai anggapan-anggapan tentang mitos kecantikan tubuh perempuan. Hal ini banyak diteliti oleh akademisi.

Salah satunya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Suarni Syam Saguni dan Baharman. Hasilnya risetnya telah terbit tahun 2016 di RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya.

Keduanya mengeksplorasi narasi mengenai mitos kecantikan yang secara mendalam memengaruhi persepsi perempuan terhadap tubuh mereka sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kaum perempuan sering kali dihadapkan pada berbagai mitos yang mendefinisikan kecantikan.

Mitos ini tidak hanya membentuk persepsi diri, tetapi juga memperkuat standar kecantikan yang cenderung menjerumuskan perempuan dalam pemujaan yang tak berkesudahan terhadap fisik yang dianggap ideal.

Keduanya berusaha mendeskripsikan bentuk-bentuk narasi terkait mitos kecantikan dan bagaimana tokoh perempuan dalam karya sastra Indonesia mutakhir menanggapi mitos tersebut, baik dengan penerimaan maupun perlawanan.

Teori yang mereka pakai untuk melakukan analasis adalah gagasan mitologi Roland Barthes dan pendekatan feminisme. Sebagaimana diketahui bersama, Barthes, melalui konsepnya tentang mitos, menekankan bahwa makna yang dianggap alamiah oleh masyarakat sesungguhnya adalah konstruksi sosial yang sarat akan ideologi.

Baca Juga :  Prabowo Hadiri Sidang Istimewa Laporan Tahunan Mahkamah Agung: Baru Sadar Beban Berat Hakim

Melalui asumsi ini, mitos kecantikan dalam riset mereka, dianggap sebagai hasil rekayasa budaya yang memiliki kekuatan menekan perempuan dalam perannya sebagai objek.

Keduanya, mengumpulkan dan mengkaji cerpen Indonesia kontemporer. Mereka berupaya mendapatan pemahaman secara kualitatif tentang bagaimana narasi kecantikan dibangun dan diinternalisasi.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat beberapa elemen umum yang terus-menerus disosialisasikan terkait kecantikan. Kecantikan, dalam mitos ini, diidentifikasikan dengan kesempurnaan fisik: wajah yang simetris, tubuh langsing, kulit putih, penampilan modis, dan luwes dalam berperilaku.

Konstruksi ini menuntut perempuan untuk menyesuaikan diri dengan standar yang sulit dicapai, sehingga menjadikan kecantikan sebagai bentuk penindasan baru. Dalam konteks masyarakat yang mengedepankan standar kecantikan fisik, perempuan sering kali ditempatkan dalam posisi yang rentan.

Mereka menjadi objek yang nilainya ditentukan oleh bagaimana masyarakat memandang kecantikan. Kecantikan bukan lagi sekadar atribut individual, tetapi suatu bentuk kuasa yang dimiliki oleh masyarakat untuk mendikte peran dan posisi perempuan.

Baca Juga :  Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Hal ini menciptakan ketidaksetaraan, di mana perempuan merasa terdorong untuk memenuhi ekspektasi yang sebenarnya dibentuk oleh ideologi patriarki yang menuntut kesempurnaan fisik.

Dalam relasi makna ini, perempuan kerap menjadi objek yang terpinggirkan karena makna diri mereka ditentukan oleh pihak eksternal. Konstruksi sosial yang membentuk standar kecantikan ini kemudian diinternalisasi dalam kesadaran perempuan.

Mereka, tanpa sadar, menjadikan standar tersebut sebagai acuan dalam memaknai tubuh dan peran mereka di masyarakat.

Dengan demikian, mitos kecantikan menjadi instrumen kontrol yang efektif dalam membatasi kebebasan perempuan untuk mengekspresikan dirinya secara autentik.

Penelitian ini menegaskan bahwa narasi kecantikan yang dominan dalam budaya populer tidak hanya mereduksi perempuan menjadi objek fisik, tetapi juga mengekang mereka dalam batasan-batasan sosial yang kaku.

Melalui karya sastra, perlawanan terhadap mitos kecantikan ini dapat diungkapkan, menciptakan ruang bagi perempuan untuk mendefinisikan kecantikan mereka sendiri di luar batasan yang ditetapkan oleh masyarakat.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Model Kurikulum Murray Print: Solusi Menggapai Pendidikan Progresif
Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran
Pandangan Plato Mengenai Swasembada
Tentang Protes RUU TNI, Komentar Deddy Corbuzier Dianggap Keliru
Apa Peranan Tentara Apabila Tidak Ada Perang? Begini Penjelasan Pakar Politik Militer
Akademisi Jadi Budak Politisi: Hilangnya Marwah Perguruan Tinggi
Dituding Adanya Pungutan Pada Sekolah di Jember, Begini Tanggapan MKKS SMK Swasta Kabupaten Jember
Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan

Baca Lainnya

Sabtu, 5 April 2025 - 17:32 WIB

Model Kurikulum Murray Print: Solusi Menggapai Pendidikan Progresif

Selasa, 1 April 2025 - 08:23 WIB

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Senin, 24 Maret 2025 - 20:45 WIB

Pandangan Plato Mengenai Swasembada

Minggu, 23 Maret 2025 - 19:15 WIB

Tentang Protes RUU TNI, Komentar Deddy Corbuzier Dianggap Keliru

Jumat, 21 Maret 2025 - 11:12 WIB

Apa Peranan Tentara Apabila Tidak Ada Perang? Begini Penjelasan Pakar Politik Militer

TERBARU

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid

Rabu, 9 Apr 2025 - 14:01 WIB

Gambar Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal! (Sumber: Grafis Frensia)

Sportia

Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal!

Rabu, 9 Apr 2025 - 08:56 WIB

Religia

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Rabu, 9 Apr 2025 - 07:16 WIB

Kolomiah

Dari Puasa (Ramadhan) ke Pembiasaan

Selasa, 8 Apr 2025 - 23:12 WIB