KH A. Nawawi, Inilah Takdirku

Selasa, 4 Februari 2025 - 04:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Ada orang yang bekerja siang dan malam, tapi tetap saja hidup pas-pasan. Ada yang sudah menabung bertahun-tahun demi naik haji, tapi ketika tabungan cukup, kesehatannya justru memburuk.

Ada pula yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuatu, tapi tetap saja tak tercapai. Lalu, di tengah kekecewaan itu, orang-orang berusaha menghibur diri dengan berkata, “Mungkin ini takdir.”

Tapi sebentar. Apakah benar itu takdir? Atau jangan-jangan hanya dalih untuk menutupi kurangnya usaha?

KH A. Nawawi Abdul Jalil pernah berpetuah, “Bila engkau tidak memperoleh sesuatu padahal engkau telah mengusahakannya dengan sungguh-sungguh, maka kembalikanlah pada urusan hakikat dan katakan ‘inilah takdirku’.”

Sebuah nasihat sederhana penuh hikmah yang –barangkali– sering disalahpahami. Banyak orang buru-buru menyebut kegagalan sebagai takdir, padahal mereka belum benar-benar berusaha sungguh-sungguh.

Syaratnya jelas: harus sungguh-sungguh dulu. Kalau hanya setengah hati, asal mencoba, atau sekadar niat tanpa aksi nyata, lalu gagal, itu bukan takdir—itu ketidaksiapan. Seorang mahasiswa yang malas belajar lalu mendapat nilai buruk tidak bisa bilang, “Ya sudahlah, ini takdir.”

Begitu pula pedagang yang malas promosi lalu usahanya sepi, atau seseorang yang ingin sukses tapi hobinya rebahan. Takdir hanya bisa diterima sebagai batas akhir setelah usaha maksimal telah dilakukan.

Baca Juga :  Filsafat Ternyata Mengajarkan Argumentasi Agar Tidak Bayar Hutang

Masalahnya, banyak orang ingin hasil instan. Mereka ingin sukses tanpa proses, ingin berhasil tanpa pengorbanan. Ketika gagal, mereka buru-buru menyerah, lalu menyalahkan takdir. Padahal, kalau ditanya, “Sudah sungguh-sungguh?” jawabannya seringkali masih setengah hati.

Takdir bukan alasan untuk menyerah, tapi ruang untuk memahami bahwa manusia tidak bisa mengendalikan segalanya. Kita bisa berusaha keras, tapi ada hal-hal yang di luar kendali kita. Seorang atlet bisa berlatih mati-matian, tapi jika cedera datang, dia harus menerima kenyataan.

Seorang pebisnis bisa merancang strategi terbaik, tapi jika ekonomi tiba-tiba krisis, dia harus menerima kemungkinan rugi. Usaha adalah kewajiban, tapi hasil adalah hak prerogatif Tuhan.

Baca Juga :  Potret Buram Ketidakadilan Guru Honorer Di Jember

Namun, di balik itu, ada satu hal yang sering terlupakan. Takdir tidak selalu berarti jalan buntu. Bisa jadi, kegagalan yang kita alami justru cara Tuhan mengarahkan kita ke sesuatu yang lebih baik.

Seorang yang gagal dalam seleksi kerja di satu perusahaan, bisa jadi diselamatkan dari lingkungan kerja yang toxic. Seorang yang gagal menikah dengan seseorang yang ia cintai, bisa jadi dihindarkan dari kehidupan rumah tangga yang penuh penderitaan.

Jadi, kalau usaha sudah maksimal tapi hasilnya tetap nihil, saatnya menenangkan diri dan berkata, “Inilah takdirku.” Bukan dalam arti menyerah, tapi sebagai cara untuk menerima kenyataan tanpa kehilangan semangat untuk mencoba lagi.

Karena pada akhirnya, takdir bukanlah alasan untuk berhenti, melainkan tanda bahwa ada jalan lain yang harus kita tempuh. Seperti petuah Kiai Nawawi, Inilah takdirku.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?
Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda
Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat
Dalil Dzikir Berjamaah Usai Salat Menurut Kiai Ali Mustafa Yaqub
Sambut Bulan Suci Ramadan, DPC PKB Jember Adakan Ngabuburit Festival Band
Ramadan, Musik Religi, dan Keabadian Musisi Favorit Generasi Milenial
Tuhan, Maaf Puasaku Masih Egois
Istimewa! Warteg Gratis Alfamart Hadirkan 54.000 Paket Berbuka untuk Kaum Duafa di 36 Kota

Baca Lainnya

Rabu, 12 Maret 2025 - 08:30 WIB

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Selasa, 11 Maret 2025 - 12:23 WIB

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Selasa, 11 Maret 2025 - 10:05 WIB

Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat

Senin, 10 Maret 2025 - 04:16 WIB

Dalil Dzikir Berjamaah Usai Salat Menurut Kiai Ali Mustafa Yaqub

Sabtu, 8 Maret 2025 - 18:05 WIB

Sambut Bulan Suci Ramadan, DPC PKB Jember Adakan Ngabuburit Festival Band

TERBARU

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB

Kolomiah

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Selasa, 11 Mar 2025 - 12:23 WIB

Religia

Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat

Selasa, 11 Mar 2025 - 10:05 WIB