Frensia.id- Wasiyat terakhir yang disampaikan oleh Sokrates ternyata sangat sederhana. Sebagaimana yang diceritakan oleh muridnya, Plato, dalam sebuah buku singkat yang berjudul Phaedo, yaitu agar melunasi hutangnya, berupa seekor ayam.
Orang bijak dari Yunanu ini lair dari seseorang ayah pemahat batu dan ibunya seorang bidan. Dari ayahnya ia mewarisi pekerjaan tersebut sampai kemudian ketika disebut bahwa Sokrates tidak melahirkan karya yang bisa dibaca tetapi ia mempunyai karya dalam bentuk pahatan batu. Sedangkan karena profesi ibunya tersebut menginspirasi akan sebuah metode filsafat, oleh karena itu Sokrates menamainya metode kebidanan.
Sokrates dikenal sebagai seorang yang tidak rupawan, berpakaian sederhana, berkeliling kota tanpa alas kaki, hidungnya pesek, dahinya lebar. Mengajak para warga Athena untuk dialog, sebagai seorang yang berilmu ia seperti cerek yang mendatangi gelasnya untuk dituangkan air.
Sokrates sangat berpengaruh dan diminati oleh banyak orang. Pengaruhnya sangat kuat dikalangan generasi muda kala itu. Beberapa pendapatnya bertentangan dengan apa yang telah diyakini oleh mayoritas penduduk Athena.
Hingga akhirnya menghidupkan dinamika dan gesekan secara sosial, sampai berujung hukuman mati setelah kalah voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Sebenarnya Sokrates dapat melarikan diri dari penjara dengan bantuan kawan-kawannya, tetapi ia menolak tindakan itu.
Sambil menunggu racunnya disiapkan, Socrates bersama murid-muridnya menggunakan waktu untuk bertanya-jawab persoalan jiwa, raga, kebenaran, kabajikan, keindahan dan masalah penting lainnya.
Seluruh dari dialog Sokrates dengan kawan-kawannya di penjara dirangkum oleh Plato dalam sebuah buku berjudul Phaedo, yaitu dialog-dialog sebelum Sokrates meminum racun. Salah satu pendapat Sokrates tentang kematian yang bisa dikatakan radikal dan sebagai modal keberaniannya menghadapi kematian adalah,
”orang lain tampaknya tidak menyadari bahwa orang yang mengikuti jalan filsafat dengan cara yang benar sesungguhnya tengah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi maut dan menjalani kematian”.
Pada akhir hidupnya, setelah Sokrates menelan racun, ia berkata kepada Crito. “Crito, aku berhutang seekor ayam jantan pada asclepius, maukah kau membayar utang itu? Utang itu harus dibayar, kata Crito, apakah ada yang lainnya?” pertanyaaan itu tidak terjawab oleh Sokrates karena ia telah meninggal, kata-kata terakhirnya ternyata adalah supaya Crito melunasi hutangnya berupa seekor ayam.
Percakapan terakhir Sokrates tentang hutangnya tersebut dapat dibaca pada halaman terakhir buku Phaedo yang menandai pula akhir hidup yang tragis dari seorang bijak bestari.